BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pelaksanaan Praktik Kerja Industri
Pada masa globalisasi seperti sekarang
ini, manusia
dituntut untuk dapat bekerja agar kebutuhan hidupnya terpenuhi. Pekerjaan yang ada
khususnya di industri telah mengalami perubahan mengarah kepada trend globalisasi. Dengan adanya trend
globalisasi ada pekerjaan, mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat untuk
mendapatkan pekerjaan, untuk itu diadakan program
Praktik Kerja Industri. Praktik Kerja Industri
merupakan pendidikan pelatihan kerja secara nyata di industri, Praktik Kerja Industri
dimaksudkan agar siswa mendapatkan berbagai pengalaman kerja di era sekarang
ini. Bidang pekerjaan yang dipelajari difokuskan pada ilmu tekhnologi
pengolahan hasil pertanian dimana masyarakat sekarang pada umumnya menginginkan
makanan yang praktis (siap saji), untuk itu sekarang banyak perusahaan makanan
dan minuman berlomba-lomba untuk bersaing dengan memproduksi makanan dan
minuman dengan inovasi terbaru agar konsumen tidak lari karena jenuh dengan
makanan atau minuman yang sudah ada. Namun apakah semua perusahaan masih mengutamakan
gizi dan keamanan pangan yang diproduksi, untuk itu teknologi pangan sangat perlu
dikembangkan.
Karena pentingnya keamanan pangan, maka ilmu yang
berhubungan
dengan kualitas dan keaman pangan perlu dipelajari. Pada laporan ini
mengutamakan tentang mikrobiologi pangan, dimana pada HACCP faktor utama yang harus diperhatikan pada produk makanan atau minuman adalah
faktor yang berhubungan dengan mikroorganisme. Pada laporan ini akan dibahas tentang pengujian mikrobiologi
yang sering dilakukan pada produk makan dan minuman dan segala ruang lingkup
yang ada dalam pengujian mikrobiologi pangan.
B.
Uraian Tujuan Praktik Kerja Industri
Tujuan
Praktik Kerja Industri pada intinya adalah
menerapkan dan memantapkan pengetahuan baru yang di dapat selama mengikuti
program tersebut. Adapun tujuan praktik kerja industri secara luas meliputi :
1.
Menambahkan wawasan serta pandangan siswa tentang ruang lingkup kerja,
terutama aspek-aspek yang potensial dalam dunia keja, antara lain: struktur
organisasi, disiplin, lingkungan dan sistem kerja.
2.
Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan instrumen yang
berhubungan dengan teknologi pengolahan hasil pertanian dan kimia analis yang
lebih moderen dibanding dengan fasilitas yang tersedia disekolah.
3.
Memberi pelatihan kepada siswa untuk mendewasakan mental, meningkatkan
kemampuan dan memanfaatkan bakat/keterampilan sesuai dengan sasaran kejuruan.
4.
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berbaur diri dalam suasana kerja yang sebenarnya, baik sebagai tenaga
kerja maupun sebagai pekerja mandiri terutama yang berkenaan dengan masalah
disiplin kerja.
5.
Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan mengembangkan
sesuai pendidikan kejuruan.
6.
Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesional siswa dalam rangka
memasuki lapangan kerja.
7.
Memberikan peluang masuk untuk penempatan kerja.
Kegiatan
praktik kerja industri ini dapat dilaksanakan disuatu instansi atau perusahaan
yang menggunakan tenaga analis sebagai pegawainya pada bagian tertentu. Setelah
melaksanakandan menyalesaikan praktik kerja industri ini, setiap siswa
diwajibkan membuat laporan hasil kerjanya, yang bertujuan untuk:
- Mengumpulkan data,
baik untuk kepentingan sekolah maupun untuk kepentingan pribadi dan
perusahaan.
- Siswa mampu mencari
alternatif pemecahaan masalah secara lebih luas dan mendalam.
- Siswa mampu memahami,
memantapkan dan mengembangkan pelajaran yang didapat disekolah serta
penerapannya di dalam dunia kerja.
- Menambahkan perbendaharaan
kepustakaan yang menunjang peningkatan pengetahuan siswa.
C.
Sistematika Laporan
Laporan praktik kerja industri ini dibagi
dalam beberapa bagian yang disusun sebagai berikut:
1.
Bagian pertama
a.
Lembar judul
b.
Lembar ersetujuan pembimbing dan pengesahan kepala sekolah
c.
Lembar motto
d.
Lembar persembahan
e.
Riwayat hidup penulis
f.
Kata pengantar
g.
Daftar isi
h.
Daftar gambar
i.
Daftar tabel
j.
Daftar lampiran
2.
Pendahuluan
a.
Latar belakang pelaksanaan praktik kerja industri
b.
Uraian tujuan praktik kerja industri
c.
Sistematika laporan praktik kerja industri
3.
Institusi tempat praktik kerja industri
a.
Jati diri SEAFAST Center
b.
Struktur organisasi
c.
Tugas dan fungsi
d.
Fasilitas dan sarana
e.
Kegiatan
f.
Administrasi laboratorium
g.
Disiplin kerja
h.
Keselamatan dan kesehatan kerja
4.
Kegiatan di laboratorium
5.
Pembahasan
6.
Penutup
7.
Daftar pustaka
8.
Lampiran
BAB II
INSTITUSI PERUSAHAAN
A.
Jati Diri SEAFAST Center
Di Institut Pertanian Bogor
(IPB) program pendidikan dan penelitian di bidang pangan dan gizi telah
dikembangkan sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Untuk mendukung tridharma
perguruan tinggi, khususnya di bidang pangan dan gizi, IPB memiliki beberapa
pusat yang relevan dengan bidang pangan dan gizi.
Pada tahun 1975 Pusat
Pengembangan Teknologi Pangan (Pusbangtepa) atau Food Technology Development Center (FTDC) didirikan di IPB. Sarana
untuk pusat ini dibangun dengan dana dari Bank Dunia. Pada tahun 1985 dengan
dana dari Bank Dunia, IPB mendirikan Pusat Antar Universitas (PAU) atau Inter University Center (IUC). Dalam
perkembangan berikutnya, pada tahun 1992 PAU dikembangkan menjadi Pusat Studi
Pangan dan Gizi (PSPG) atau Center for Food and Nutrition Studies (CFNS).
Pusat-pusat lainnya yang relevan dengan pangan dan gizi yang dikembangkan di
IPB adalah Pusat Studi dan Kajian Pangan dan Gizi (PSKPG) atau Food and
Nutrition Policy Studies (CFNPS) yang dikembangkan pada tahun 1987 dan Pusat
Kajian Makanan Tradisional (PKMT) atau Center for Assessment of Tradisional
Food (CATF) yang dikembangkan pada tahun 1997.
Sejak tahun 2003, IPB melakukan
proses reorganisasi dan konsolidasi pusat-pusat yang ada di IPB untuk lebih
mengefisiensikan dan memperjelas mandat masing-masing pusat. Dengan reorganisasi dan konsolidasi ini, pada
tahun 2004 seluruh pusat-pusat yang relevan dengan bidang pangan dan gizi
dikonsolidasikan menjadi satu pusat yang disebut Pusat Ilmu dan Teknologi
Pangan dan Pertanian Asia Tenggara atau Southeast
Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center.
Sehingga saat ini di IPB
hanya terdapat satu pusat yang terkait dengan pangan dan gizi yaitu SEAFAST
Center.
B.
Visi, Misi dan Rencana Strategi Pengembangan
SEAFAST Center telah
menetapkan visi sebagai pusat penelitian yang terkemuka
dalam bidang mutu, gizi dan keamanan pangan di Asia Tenggara. SEAFAST
Center dikembangkan untuk membangun sistem kerjasama nasional dan regional
dalam pengembangan bidang ilmu dan teknologi pangan dan pertanian. IPB telah
memberikan mandat kepada SEAFAST untuk menjadi pusat regional yang berfokus
pada peningkatan mutu, gizi dan kemanan pangan melalui ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, SEAFAST Center telah
menetapkan misi sebagai berikut:
ü Mengembangkan program-program pendukung untuk mempercepat pertumbuhan
pertanian sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan
meningkat daya saing Indonesia
Memberdayakan universitas, pemerintah, penyandang dana dan sektor
bisnis untuk bersama-sama mengembangkan ilmu dan teknologi pangan di Indonesia
dan ASEAN
Dalam rangka mencapai target menjadi pusat regional, SEAFAST Center telah
menetapkan 4 (empat) strategi untuk mencapai visi dan melaksanakan misi SEAFAST
Center, yaitu:
1.
Public policy guidance and
coordination
Program-program
yang perlu dikembangkan antara lain adalah:
1)
Analisis kebijakan dan rekomendasi
untuk memperbaiki kaitan antara makro ekonomi dengan sektor pertanian dan
industri untuk mencapai respon dan koordinasi yang optimal.
2)
Analisis dan rekomendasi yang terkait dengan strategi pengembangan
perdagangan dan negosiasi yang mencerminkan kapasitas nasional serta meningkatkan
daya saing
3)
Panduan untuk meningkatkan
keuntungan komparasi nasional dan daya saing.
4)
Memobilisasi dan mengkoordinasikan
sektor privat, pemerintah dan donor untuk mendukung pengembangan sistem
teknologi yang diperlukan pasar dan pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan.
2.
Pelatihan dan pengembangan
kapasitas
Program-program
yang perlu dikembangkan antara lain:
1)
Peningkatan keahlian dalam
pengelolaan bisnis dan penciptaan pasar yang meliputi pengembangan business plan, pengembangan produk, dan
strategi pemasaran.
2)
Pelatihan dalam bidang produksi
dan penanganan pasca panen serta pemanfaatan lahan yang dapat meningkatkan
pendapatan, nilai tambah dengan fokus pada produksi pangan berkualitas tinggi.
3)
Praktek-praktek untuk meningkatkan
keamanan pangan dan hewan, serta persyaratan fitosanitari serta sistem
sertifikasinya.
4)
Analisis pasar dan bisnis sehingga
dapat mendukung penyiapan sarjana dalam bidang agribisnis.
5)
Pelatihan-pelatihan terapan untuk
topik dan audien tertentu yang meliputi pembuat kebijakan, praktisi dan
mahasiswa, aplikasi ICT, training for
trainer untuk LSM dengan prioritas pada peningkatan kapasitas.
6)
Mendukung pelaksanaan
program-program pasca sarjana di bidang pertanian secara umum.
3.
Pengembangan riset teknologi
terapan
Teknologi-teknologi
yang perlu dikembangkan antara lain:
1)
Teknologi yang relevan dengan
penanganan pasca panen, pengolahan pangan dan penjaminan keamanan pangan.
2)
Strategi alternatif pemanfaatan
lahan dengan dukungan agronomi yang tepat untuk mendukung diversifikasi
sehingga dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah.
3)
Teknologi untuk perbanyakan bibit
terutama untuk mendukung pengembangan buah-buahan, sayuran, peternakan dan
perikanan.
4)
Mengembangkan program yang
mendukung pasar yang responsif misalnya melalui organisasi komoditi dan perdagangan,
bisnis inkubator dan strategi pengembangan bisnis.
5)
Mendisain program-program baru dan
memperkuat jaringan internasional, nasional dan lokal untuk mendukung
penelitian dan pengembangan.
4.
Awareness enhamcement and
sector advocacy services
Program-program
yang dapat dikembangkan meliputi:
1)
Penyiapan materi-materi untuk
advokasi yang mencakup white paper
yang disampaikan kepada para pembuat kebijakan. Pelaku bisnis dan pimpinan
pemerintah yang relevan dengan bidang pertanian.
2)
Mengembangkan materi-materi
promosi untuk menunjukkan pada komuniti nasional dan internasional mengenai
pentingnya agenda pengembangan pertanian.
3)
Penggunaan media masa untuk
promosi hal-hal yang terkait dengan pertanian.
Strategi tersebut akan
dilaksanakan secara bertahap. Sebagai
acuan dalam perlaksanaan strategi, SEAFAST telah menetapkan 4 (empat) fokus
fokus pengembangan untuk kurun waktu lima tahun ke depan sebagaimana tertuang
di dalam Rencana Strategis 2005-2010 (Five
Year Strategic Planning), yaitu:
- Pengembangan program perbaikan gizi
Tujuan
dari program ini adalah meningkatkan kontribusi SEAFAST Center dalam
meningkatkan status gizi masyarakat. Program ini terdiri dari kegiatan
penelitian dan kajian yang terkait dengan konsumsi pangan, status gizi dan
intrevensi gizi; pengembangan model-model intervensi gizi dan pengembangan
masukan untuk penetapan kebijakan yang terkait dengan intervensi gizi, dan
memberikan pendidikan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan status gizi
dan intervensi gizi.
- Peningkatan mutu dan kemanan pangan
Tujuan
program ini adalah meningkatkan kontribusi SEAFAST Center dalam memperbaiki
kualitas dan keamanan pangan di Indoneisa melalui penelitian, advokasi berbasis
ilmu pengetahuan, dan alih teknologi. Program ini mencakup penelitian dasar dan
terapan untuk memperbaiki kualitas dan keamanan pangan, kajian resiko keamanan
pangan, pengembangan panduan-panduan untuk mengurangi resiko keamanan pangan
dari tingkat petani sampai konsumen, membuat rekomendasi-rekomendasi untuk
penetapan kebijakan, mengembangkan kurikulum untuk pendidikan keamanan pangan
dan memberikan pendidikan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan keamanan
pangan.
- Pengembangan program ketahanan pangan
Tujuan
program ini adalah mengembangkan SEAFAST Center sebagai institusi rujukan dalam
mengembangkan ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal. Program ini meliputi kegiatan penelitian dan
pengembangan teknologi dan rekayasa yang sesuai dengan sumberdaya indigenus
untuk mendukung ketahanan pangan, advokasi kebijakan dan aksi untuk ketahanan
pangan, dan pengembangan kemitraan industri dalam menunjang komersialisasi
hasil penelitian untuk mendukung ketahanan pangan.
- Pengembangan program peningkatan daya saing produk
Tujuan
program ini meningkatkan peran SEAFAST Center dalam meningkatkan daya saing
produk pangan berbasis lokal atau tradisional melalui pemebrian informasi,
teknologi, promosi, pengembangan standar pangan dan kebijakan, serta
pengembangan sumberdaya.
Program
ini mencakup kegiatan-kegiatan kajian state
of the art produk pangan potensial, perbaikan kualitas produk pangan lokal
atau tradisional, studi kebijakan yang terkait dengan penjaminan kualitas dan
keamanan pangan produk impor pada entry
point, promosi produk pangan lokal/tradisional dan pengembangan panduan
untuk analisis resiko impor, mengembangkan sistem informasi berbasis web
mengenai penelitian, teknologi dan perdagangan serta memberikan
pelatihan-pelatihan untuk memperbaiki sistem inspeksi pada entry dan exit point
untuk produk impor/expor.
C.
Struktur Organisasi
Jumlah pegawai SEAFAST
Center ada 77 orang yang terdiri dari 8 pemimpin bagian, 30 peneliti dan 39
Staf pendukung (laboratorium dan administrasi). Struktur organisasi SEAFAST
Center mengacu pada pedoman pembuatan dan pengaturan perusahaan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi SEAFAST
Center dapat dilihat pada Lampiran 2.
D.
Tugas dan Fungsi
SEAFAST Center sebagai
lembaga penelitian dan pemberdayaan masyarakat mempunyai tugas dan fungsi
sebagai berikut :
1.
Memberikan pelayanan jasa
laboratorium.
2.
Melakukan penelitian dan pelayanan
jasa dibidang peningkatan kualitas dan keamanan pangan, R&D,
diversifikasikan pangan, pengemasan dan pelabelan, peningkatan paska panen dan
ketahanan pangan, kualitas pangan, pendidikan keamanan dan gizi pangan.
E.
Fasilitas dan Sarana
Fasilitas utama menjalankan
tugas dan fungsi SEAFAST Center diantaranya adalah :
1.
Laboratorium analisis beserta
seluruh kelengkapanya. Laboratorium tersebut antara lain:
a.
Laboratorium Kualitas dan Keamanan
Pangan (Mikrobiologi dan Kimia)
b.
Laboraatorium Bioteknologi Pangan
c.
Laboratorium Analisis Mikrobiologi
Pangan
d.
Laboratorium Fermentasi Bakteri
e.
Laboratorium Uji pada Hewan
f.
Laboratorium Organoleptik
g.
Pilot plant untuk Minyak dan Lemak
h.
Pilot plant untuk Pengolahan
Makanan
2.
Alat- alat dan mesin yang canggih
dan modern
3.
Komputer
4.
Tenaga Ahli
5.
Distance Learning Education Classroom
F.
Administrasi Laboratorium
Karena SEAFAST Center merupakan pusat Ilmu
Teknologi Pangan dan Pertanian Asia Tenggara maka SEAFAST Center sering
melayani kegiatan jasa laboratorium (khususnya pada analisis mikrobiologi).
Adapun prosedur yang harus dilalui untuk setiap sampel yang masuk adalah
sebagai berikut :
1.
Konsumen menyerahkan sampel yang
akan diperiksa kepada petugas penerima penerima sampel
2.
Kemudian sampel diperiksa oleh
manager teknik untuk dikaji ulang jika disetujui konsumen melengkapi
administrasi yang ada kepada petugas penerima sampel dan administrasi.
3.
Petugas penerima contoh melakukan
pendataan sampel (penanganan dan pengkodean sampel) kemudian sampel yang telah
dikode diserahkan kepada supervisor analisis.
4.
Supervisor analisis
mendistribusikan kepada analis laboratorium untuk diuji sesuai dengan analisa yang diminta oleh konsumen.
5.
Setelah analisis selesai menguji
sampel hasil akan dilaporkan kepada supervisor analisis yang kemudian
diserahkan ke manager teknik untuk diperiksa dan disetujui.
6.
Hasil analisis yang telah disahkan
kemudian dinyatakan dalam bentuk sertifikat yang ditandatangani oleh manager
teknik.
7.
Dilanjutkan pengiriman kepada
konsumen dan penyelesaian administrasi yang ditandatangani oleh petugas
penerima contoh dan bagian administrasi.
G.
Disiplin Kerja
SEAFAST Center menetapkan 5 hari kerja
dalam satu minggu, yaitu dari hari senin sampai hari jum’at. Jam kerja di
SEAFAST Center mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, dengan waktu istirahat
selama 1 jam mulai pukul 12.00 hingga pukul 13.00 WIB untuk hari senin sampai
hari kamis sedangkan untuk hari jum’at waktu istirahat 90 menit dimulai pukul
11.30 hingga 13.00 WIB. Jam kerja diakhiri pukul 16.30 WIB. Jumlah jam kerja
seminggu sesuai dengan ketentuan departemen tenaga kerja yaitu 40 jam seminggu.
Untuk meningkatkan disiplin kerja, setiap karyawan memiliki kartu jam kerja
sehingga perusahaan dapat mengetahui jam masuk dan keluar karyawan kantor.
Peraturan dibuat dalam bentuk kesepakatan kerja bersama (KKB) yang
ditandatangani oleh pihak manajemen dan pihak pengurus unit kerja FSPS I
(Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Ketentuan-ketentuan lain yang
menyangkut ketenagakerjaan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di
indonesia.
H.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Para pekerja yang bekerja di tempat-tempat
berbahaya diwajibkan untuk memakai alat-alat keselamatan kerja seperti jas leb,
masker, sarung tangan dan lain sebagainya. Serta dalam pelaksanaan pengujian
dilakukan dengan mengikuti GLP (Good
Laboratorium Practice) dan prosedur standar. Juga terdapat alat-alat
keselamatan dan kesehatan yang tersedia seperti pemadam kebakaran, ketersediannya
safety box dalam setiap ruang.
BAB III
KEGIATAN DI LABORATORIUM
Selama praktik kerja industri di
SEAFAST Center penulis ikut melakukan beberapa pengujian seperti pengujian TPC
(Total Plate Count), kapang dan khamir, Escherichia
coli, Staphylococcus
aureus, Salmonella, Coliform, kultur mikroba, pembuatan kultur kapang pada gelas
obyek (Slides Culture). Penulis juga
sempat mengikuti pelatihan di SEAFAST Center sebagai peserta pada tanggal 18
juli 2011, adapun macam kegiatan yang dilakukan adalah sanitasi, pewarnaan
mikroba, pengawetan
kultur Salmonella dan beberapa
pengujian yang dilakukan sehari-hari. Berikut penjelasan dari setiap kegiatan
yang dilakukan.
A.
Sanitasi
Sanitasi merupakan upaya
yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan
kesehatan. Dapat juga didefinisikan sebagai perilaku yang disengaja dalam
pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan secara
langsung dengan kotoran dan bahan buangan lainya dengan harapan usaha ini dapat
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi
secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait.
Dalam
pengujian mikrobiologi dilakukan secara aseptis, dimana aseptis merupakan
kondisi steril yang biasa diterapkan pada proses pengujian, pada proses
pengujian secara aseptis, bahan (medium/pengencer), alat, serta personelnya
harus dalam kondisi steril. Sterilisasi alat dan bahan dapat dilakukan
menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC
selama 15 menit. Untuk menjaga kebersihan dan keakuratan dalam pengujian
mikrobiologi, laboratorium mikrobiologi melakukan sanitasi yang terdiri dari 3 aspek, yaitu :
1.
sanitasi ruang
2.
sanitasi pekerja
3.
sanitasi alat.
Pada
setiap kegiatan sanitasi, dikenal 4 tahap penting yang harus dilaksanakan yaitu: pembasahan,
pelarutan, pembilasan, dan sanitizing
(kegiatan saniter).
Pembasahan, pelarutan
dan pembilasan biasa dilakukan pada sanitasi ruangan yang meliputi lantai, dinding, langit-langit, dan
jendela. Sedangkan saniter dapat
digunakan untuk membersihkan alat-alat gelas atau alat-alat lain yang digunakan
dilaboratorium.
Kegiatan pencucian biasanya meliputi
pembasahan, pelarutan dan pembilasan. Kegiatan pembasahan dapat menggunakan air
dingin, air panas apabila jenis pengotor dapat larut dengan air, apabila jenis
pengotor dari jenis lemak atau minyak maka menggunakan khlorofrom atau alkohol.
Dalam pelarutan biasanya menggunakan sabun atau deterjen yang dapat melarutkan sisa
kotoran maupun sisa lemak sisa kotoran.
B.
Kerja Aseptis
Gambar 1. kabinet biosafety (Laminar flow)
Teknik aseptis
atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas
ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi
terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan.
Dasar digunakan teknik aseptik adalah adanya
banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang
mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area
kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau
mengganggu hasil dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari
tangan analis, sarung tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan
yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang
digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik aspetis tidak
dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun semakin banyak
belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan.
Teknik aseptis digunakan pada saat :
· Teknik aseptis seharusnya digunakan saat kita bekerja dengan
mikroorganisme hidup dan dengan segala media pertumbuhannya.
· Teknik aseptis sebaiknya digunakan ketika kita tidak ingin larutan dari
suatu botol tidak berubah sifat akibat aktivitas mikroorganisme, seperti saat
membuat buffer meskipun buffer dengan konsentrasi garam tinggi atau mengandung
deterjen.
· Teknik aseptis disarankan pada saat kita bekerja menggunakan agen atau
senyawa yang berbahaya seperti bahan kimia beracun atau bahan radioaktif. Tentu
saja perlindungan diri sendiri dari bahaya senyawa ini lebih penting.
Beberapa
contoh Kerja aseptis :
· Mentransfer biakan dari media satu ke media lainnya. Bakteri kontaminan
yang tumbuh tentu saja dapat mengganggu kemurnian biakan dan mungkin saja
membuat rancu hasil yang didapatkan.
· Memfilter media atau serum dan menghitung jumlah bakteri dengan cara
filtrasi. Kontaminasi yang ikut tersaring dapat tumbuh pada media baru yang
membuat tidak terpakainya media pertumbuhan tersebut atau mempengaruhi jumlah
total bakteri.
· Membuka dan merehidrasi bakteri terliofolisasi. Teknik aseptis dapat
menjaga sel yang terrehidrasi dari bakteri kontaminan dan menjaga tidak
keluarnya sel ke meja kerja.
· Melabeli sel dengan (32P) fosfat. Pada kasus ini kerja aseptis
ditujukan untuk melindungi analis dari bahan kimia berbahaya. Jika menggunakan
teknik aseptis maka Anda tidak akan membiarkan tutup bahan radioaktif terbuka
atau secara tidak sengaja menggunakan pipet bekas bahan radioaktif.
Aturan umum teknik aseptis:
· Meja kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran
udara, misalnya tidak ada jendela yang terbuka, tidak
dekat dengan pintu yang selalu dibuka-tutup dan jauh dari lalu-lintas orang. Penggunaan
kabinet biosafety (Laminar flow) dapat menjaga dan mengatur aliran udara tetapi
ini bukan merupakan suatu jaminan mutlak dari resiko terkontaminasi.
· Pastikan meja kerja bersih dari kotoran dan
benda-benda yang tidak akan digunakan. Kultur tua atau pipet bekas seharusnya
tidak berada di meja kerja. Kotoran seringkali sulit dibersihkan pada sudut-sudut
ruang.
· Usap meja kerja dengan antiseptik atau senyawa
pembersih lain sebelum digunakan. Di sebagian besar laboratorium umumnya
menggunakan etanol 70% untuk membersihkannya. Sediakan etanol pada posisi
selalu dekat dengan meja. Jika telah selesai bekerja, sebaiknya meja kerja
dikosongkan dari peralatan dan bersihkan lagi.
· Semua peralatan (pipet, cawan dll.) yang digunakan harus steril. Sebaiknya semua peralatan yang telah disterilisasi diberi label. Jika
menemukan alat yang sepertinya telah disterilisai tapi masih ragu terhadap
sterilitasnya maka sebaiknya jangan digunakan. Bungkus peralatan baik alat
steril sekali pakai atau bukan (pipet, syringe dll.)diperiksa terlebih dahulu
apakah terdapat kebocoran atau tersobek.
· Atur peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir
pergerakan tangan. Alat-alat yang biasanya digunakan
dengan tangan kanan (jarum inokulum, filler, pipet dll.) letakkan disebelah
kanan begitu juga sebaliknya (rak tabung, cawan petri, erlenmeyer dll.)
terkecuali untuk tangan kidal. Di bagian tengah meja kerja disediakan ruang
lapang untuk bekerja.
· Membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme yang menempel.
· Telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan alat untuk prosedur tertentu telah
dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai meninggalkan meja kerja untuk
mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal. Perhitungkan semua yang
diperlukan beserta cadangannya.
· Pakai sarung tangan lateks dan ganti secara
berkala. Sarung tangan membantu melindungi dari tumpahan biakan atau bahan
kimia berbahaya. Tidak menggunakan sarung tangan dirasa tidak bermasalah jika
materi dan bakteri yang diteliti dipastikan tidak berbahaya.
· Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Cuci tangan
dengan desinfektan atau sabun bila tidak ada desinfektan. Cuci tangan dapat
membilas mikroorganisme yang ada di tangan.
C.
Uji Densitas Mikroba di Ruangan dan Laminar
a.
Densitas mikroba diruang
Udara secara alami tidak
mengandung organisme, tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan
udara mengandung organisme misalnya: proses aerasi, debu, air, dari penderita
saluran infeksi dan lain-lain. Mikroorganisme diudara biasanya melekat pada bahan padat mikro misalnya debu, tetesan
air dari sisa praktikum atau sanitasi air yang tidak lancar. Apabila didalam
sebuah laboratorium terdapat banyak debu dan cairan, maka mikroba yang
ditemukan di dalamnya juga bermacam-macam termasuk bakteri, kapang ataupun
khamir.
Mikroorganisme didalam ruang
analisa dapat diuji secara kuantitatif menggunakan agar cawan yang dibiarkan terbuka selama beberapa
waktu tertentu didalam ruangan yang sering digunakan untuk analisa. Jenis mikroorganisme
yang sering terdapat diudara pada umumya berasal dari jenis bakteri batang
pembentuk spora, baik yang bersifat aerobik maupun
anaerobik contoh bakteri gram negatif, bakteri koki, kapang dan khamir.
a.
Tujuan: Kegiatan ini dilakukan untuk memantau kondisi sanitasi dengan melihat
jumlah
mikroba dalam ruang persatuan luas dan satuan waktu tertentu (densitas mikroba).
b.
Cara kerja :
1)
Digunakan media PCA padat pada
cawan petri sebanyak jumlah titik yang akan diamati
2)
Media PCA tersebut diletakan dalam
beberapa titik di dalam ruangan (minimal 4 titik)
3)
Dibuka selama 15 menit
4)
Ditutup kembali dan diinkubasikan
pada suhu 35°C selama 2 hari (cawan dalam posisi terbalik)
5)
Hitung setiap koloni yang ada
dalam setiap cawan
6)
Dibuat rata-rata jumlah koloni
7)
Hitung densitas mikroba (koloni/m².jam)
ruang dengan rumus:
Densitas mikroba = Rata-rata
jumlah koloni x 10.000 x 60 menit
Luas cawan (cm²) 15 menit
Keterangan : jari-jari cawan petri = 4,5 cm²
b.Densitas Mikroba Laminar
Seperti halnya ruang
analisa, laminar juga perlu melakukan pengujian densitas mikroba untuk
mengetahui seberapa banyak mikroba yang terdapat dalam laminar. Laminar lebih
rentang terhadap mikroba karena laminar tempat analisa berlangsung, sehingga memungkinkan
mikroba yang sedang diuji secara tidak
sengaja keluar atau jatuh dari tempat
sampel. Contoh, pada saat pengujian kapang dan khamir, spora keluar dari tempat sampel dan menempel di
dinding laminar sehingga pada saat pengujian beralangsung dapat mengakibatkan
kontaminasi.
a.
Tujuan: Dilakukan untuk memantau
kondisi sanitasi laminar dengan melihat jumlah mikroba dalam ruang persatuan luas dan satuan waktu tertentu
(densitas mikroba)
b.
Pembuatan media
Dibuat Plate Count Agar (PCA) dengan cara menimbang media PCA bubuk sesuai dengan
kebutuhan, dilarutkan dengan aquadest sesuai volume yang diinginkan, dipanaskan sampai larut, disterilisasi
menggunakan autoklaf selama 15menit pada temperatur 121°C, dituang dalam cawan petri steril
± 15 ml biarkan memadat.
c.
Prosedur
1)
Pengujian densitas microba dilakukan pada 3 waktu yaitu: (1) Sebelum di Ultraviolet
(desinfeksi), (2) Setelah di UV, dan (3) Saat dilakukan analisis.
2)
Media PCA pada cawan petri diatas digunakan sesuai dengan jumlah titik
yang akan di amati (5 titik) pada laminar.
3)
Media PCA tersebut di simpan pada
5 titik dilaminar
Ganmbar 1. Cara penempatan media
PCA dalam laminar.
D.
Persiapan Media dan Sampel
a. Persiapan media
Pupukan yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroba dilaboratorium disebut media (tunggal) atau media (jamak).
Media dibedakan atas tiga macam yaitu :
1)
Media cair yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk
menumbuhkan dan membiakkan mikroba, fermentasi, dan uji-uji lainnya, misalnya
Nutrient Broth, Glucose Broth, dan lain sebagainya.
2)
Media padat, misalnya Nutrient Agar, Plate Count Agar atau Potato
Dextrose Agar, yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada permukaan
sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung atau diisolasi.
3)
Media setengah padat (semi solid) yang mempunyai konsistensi diantara
media cair dan media padat. Media semi solid biasa digunakan untuk
menumbuhkan bakteri asam laktat atau bakteri Bal.
b. Komposisi media
Untuk menstimulir pertumbuhan
mikroba, media yang digunakan harus mengandung komponen-komponen yang
dibutuhkan mikroba tersebut. Kebutuhan dari mikroba termasuk air, karbon,
energi, nitrogen, mineral dan faktor pertumbuhan lain seperti vitamin dan
beberapa asam amino. Mikroba juga mempunyai pH minimum dan pH maksimum dan optimum
untuk pertumbuhanya, oleh karena itu dalam persiapan media perlu dilakukan
pengukuran pH sehingga tercapai pH optimum untuk mencapai pertumbuhan mikroba
yang diinginkan.
Media yang dipersiapkan
dengan mencampurkan komponen-komponen kimia murni dalam jumlah tertentu
sehingga komposisinya dapat diketahui dengan pasti disebut media sintetik.
Media lain yang mengandung beberapa bahan dengan komposisi yang tidak tetap
disebut media non-sintetik. Contoh dari media non-sintetik misalnya Nutrient
Broth yang mengandung ekstrak daging sapi dan peptone dimana komposisi kimianya
tidak tetap.
Pembuatan media dapat
dilakukan dengan cara menimbang masing-masing komponen bahan kimia secara
teliti, kemudian mencampurkanya, melarutkannya di dalam aquadest, mengatur pHnya,
masukan kedalam tabung dan mensterilkannya menggunakan autoklaf pada suhu dan
waktu yang ditetapkan, misalnya suhu 121°C (tekanan 151b) selama 15-20 menit. Bermacam-macam
media yang diperdagangkan yaitu dalam bentuk campuran lengkap kering, sehingga dalam
penggunaanya hanya tinggal melarutkannya menggunakan aquadest dan
mensterilisasi.
Media padat mengandung bahan
pemadat seperti agar, silika gel, atau gelatin. Yang paling sering digunakan
adalah jenis agar yang terbuat dari ganggang laut dan telah diperdagangkan
dalam bentuk murni dan kering. Agar biasanya dicampur dalam media sebelum
sterilisasi. Selama pemanasan agar akan mencair pada suhu 97-100°C Dan setelah disterilisasi agar akan mulai memadat pada suhu 42°C. Media agar yang akan
digunakan untuk inokulasi mikroba harus didiamkan terlebih dahulu supaya tidak
terlalu panas (sekitar 45° C), apabila saat
inokulasi media agar masih panas maka sebagian
mikroba yang diinginkan tumbuh kemungkinan mati.
c. Bentuk dan jumlah media
Jumlah media yang akan digunakan
harus diperhitungkan sedemikian rupa untuk menghindari pembuatan meda yang
berlebihan. Kebutuhan media dapat ditentukan berdasarkan bentuk media yang
digunakan dan jumlah pekerjaan, contoh sebagai berikut :
Tabel 1.
Takaran
media
Bentuk
media
|
Jumlah
media
|
Agar
cawan
|
15-20
ml/ cawan petri (Ø 10 cm)
|
Agar
tegak
|
±8-9 ml/tabung teaksi (Ø 16 mm)
|
Agar
miring
|
±6-7
ml/ tabung reaksi (Ø 16 mm)
|
Media
cair
|
±9-10 ml/ tabung reaksi
(Ø 16 mm)
|
Media
cair berisi tabung durham
|
±10 ml/ tabung reaksi (Ø 16 mm)
|
d. Larutan pengencer
Seperti halnya media,
larutan pengencer digunakan untuk mengencerkan contoh biasanya mengandung
buffer untuk menjaga keseimbangan ion dari mikroba. Buffer yang biasa digunakan
dalam pembuatan medium dan larutan
pengencer adalah fosfat, karena merupakan salah satu komponen organik yang
mempunyai sifat buffer pada kisaran pH sekitar normal, yaitu kisaran pH yang
dapat mempertahankan fisiologi dari mikroba. Selain itu fosfat tidak bersifat
racun terhadap mikroba, merupakan sumber
fosfor untuk pertumbuhan mikroba. Garam fosfat yang sering digunakan
sebagai buffer adalah kalium monohidrogen fosfat (K2HPO4)
dan atau kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4).
Sebagai larutan pengencer, selain larutan yang mengandung buffer fosfat, dapat
juga digunakan larutan garam fisiologi (0,85% NaCl dalam air aquadest).
Larutan pengencer dapat
ditempatkan di dalam tabung-tabung reaksi dalam jumlah 9 ml untuk membuat
pengenceran 1:10 (1ml atau 1g contoh didalam 9ml), di dalam botol pengencer
dengan jumlah 90 ml untuk pembuatan pengenceran 1:10 (10 ml atau 10 g contoh di
dalam 90 ml). Larutan
pengencer dapat juga diletakan di dalam tabung-tabung erlenmeyer dalam jumlah
225 ml atau di dalam 450 ml yaitu untuk contoh yang kurang seragam
sehingga dibutuhkan contoh dalam jumlah besar. Sterilisasi di didalam tabung
atau botol dilakukan seperti pada sterilisasi media.
e. Persiapan sampel
Dalam analisa mikrobiologi
dalam persiapan sempel harus dilakukan dengan steril didekat nyala bunsen,
selain perlakuan yang steril, peralatan yang
digunakan juga harus dalam kondisi steril juga agar sampel tidak terkontaminasi
peralatan yang kotor. selain itu analis harus memakai perlengkapan praktikum
bersih dan lengkap, seperti jas lab, hairnet, masker,sarung tangan yang telah
disemprot alkohol. Hal ini dimaksudkan agar mikroba yang dianalisa murni dari
sampel.
Sampel yang akan dianalisa
umumnya ada 3 macam jenis yaitu: sampel dalam keadaan beku,
makanan padat dan semi padat, minuman atau
makanan cair. Tiga sampel tersebut memiliki perlakuan yang berbeda-beda, yaitu seperti berikut :
ü Thawing produk beku :
1.
Lakukan thawing pada saat akan
dilakukan analisa
2.
Lakukan thawing pada kemasan
aslinya atau kemasan yang digunakan ketika contoh tiba dilaboratorium
3.
Lakukan thawing pada suhu 2-5ºC dalam
waktu 18 jam atau pada suhu 45 ºC, aduk contoh secara kontinyu.
ü Makanan padat dan semi padat
1.
Aduk contoh secara merata dengan
menggunakan sendok atau alat lain sebelum pengambilan contoh uji
2.
Timbang 50 g contoh secara aseptis
dan masukan kedalam erlenmeyer yang telah berisi 450 ml larutan stok Bterfiled’s Posphate Buffered sehingga
diperoleh pengenceran 1: 10.
3.
Homogenkan dengan stomacher selama
2 menit. Ini merupakan larutan dengan pengenceran 10-1.
4.
Kemudian ambil 1 ml larutan dari
pengenceran 10-1 masukan dalam larutan pengencer Bterfiled’s Posphate Buffered 9 ml ini
merupakan pengenceran 10-2, buat seri pengenceran 10-3,dan
seterusnya dengan cara yang sama.
ü Minuman atau makanan cair
1.
Aduk contoh secara merata dengan
menggunakan sendok atau alat lain sebelum pengambilan contoh uji.
2.
Contoh yang akan diuji dimulai
dengan pengenceran 100 (contoh tanpa pengenceran).
3.
Lakukan pengenceran 10-1
dengan mengambil 25 ml contoh dan diencerkan dengan 225ml larutan pengencer Bterfiled’s Posphate Buffered.
4.
Kemudian dibuat seri pengenceran
10-2, 10-3,dan seterusnya sengan menggunakan larutan Bterfiled’s Posphate Buffered.
E.
Pengujian Angka Lempeng Total
Metode yang
dapat digunakan untuk menghitung jumlah
mikroba di dalam bahan pangan terdiri dari metode hitung cawan, “Most Probable Number” (MPN) dan hitung mikroskopik langsung. Dari ketiga
metode tersebut, metode hitung cawan adalah metode yang banyak digunakan. Metode
lain yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba dalam suatu larutan adalah metode turbidimetri (kekeruhan)
menggunakan spektrofotometer. Metode ini sukar diterapkan pada bahan pangan
karena karena medium yang diukur harus bening, sedangkan ekstrak bahan pangan biasanya mengandung
komponen-komponen yang dapat menyebabkan medium menjadi keruh, sehingga
kekeruhan tidak sebanding dengan jumlah mikroba di dalamnya.
Prinsip metode hitung cawan adalah sebagai berikut: jika sel
mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba
tersebut akan berkembang biak membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop. Metode hitung cawan merupakan
cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba dengan alasan sebagai
berikut :
a.
Hanya sel yang masih hidup yang
dihitung
b.
Beberapa jenis mikroba dapat
dihitung sekalian
c.
Dapat digunakan untuk isolasi dan
identifikasi mikroba karena koloni yang terbantuk berasal dari satu sel mikroba
dengan penampakan pertumbuhan yang spesifik.
Selain
keuntungan setiap metode juga mempunyai kelemahan, begitu juga dengan metode hitung
cawan ini mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
a.
Hasil perhitungan tidak menunjukan
jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel berdekatan
memungkinkan membentuk satu koloni.
b.
Medium dan kondisi yang berbeda
mungkin menghasilkan nilai yang berbeda.
c.
Mikroba yang ditumbukan harus
dapat tumbuh
pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
d.
Memerlukan waktu inkubasi beberapa
hari sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.
1.
Peralatan
a. Inkubator suhu 35°C ±1°C
b. Timbangan
c. Stomacher
d. Pipet ukuran 1ml
e. Pipet ukuran 10ml
f. Labu ukur 100 ml
g. Labu ukur 1000ml
h. Gelas ukur 500 ml
i. Laminar flow (lemari steril)
j. Cawan petri
k. Erlenmeyer
l. Botol sampel bertutup berulir
m. Wadah pipet
n. Vorteks
o. Kantong plastik steril
p. Bunsen
q. Autoklaf
r. Hot plate stirer
s. Magnetic stirer
t. pH meter
u. Refrigerator
2.
Media dan Pengencer
a. Media dan pengencer
i.
Plate Count Agar (PCA)
ii.
Butterfiled’s Phosphate Buffered
3.
Pembuatan Media
1.
Media Plate Count Agar (PCA)
Timbang media PCA bubuk
sebanyak sebanyak 23,5 g (DIFCO), larutkan dalam aquadest 1L, panaskan di atas hote plate
stirer dan aduk menggunakan magnetic stirer sampai larut.
Sterilisasi dengan autoklaf selama 15menit pada suhu 121°C. Media PCA dapat
dibuat pada volume yang lebih kecil dengan jumlah PCA yang sesuai dengan
perbandingan.
2.
Larutan stok Butterfiled’s Phospate Buffered
Larutkan 34 g KH2PO4
dalam 500 ml aquadest. Atur pH dengan NaOH 1N sehingga mencapai pH 7,2.
Tepatkan volume 1000 ml dengan aquadest. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15
menit. Simpan dalam refrigerator (larutan
Butterfiled’s Phosphate Buffered stok)
3.
Larutan pengencer Butterfiled’s Phosphate Buffered
Untuk membuat larutan
pengencer Butterfiled’s Phosphate
Buffered, ambil 1,25 ml larutan Butterfiled’s
Phosphate Buffered stok. Tambahkan dengan aquadest sampai volume 1000 ml,
kemudian masukan dalam botol pengencer 450, 225, 90 ml atau 9 ml sesuai kebutuhan. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.
4.
Pesiapan Contoh
1.
Makanan padat dan semi padat
a.
Timbang 50 g contoh secara aseptis
kedalam kantong plastik steril dan masukkan 450 ml larutan pengencer Butterfiled’s Phosphate Buffered sehingga
diperoleh pengenceran 1:10
b.
Homogenkan dengan stomacher selama 2 menit. Ini merupakan
larutan pengencer dengan pengenceran 10-1.
2.
Minuman
a.
Aduk sampai merata dengan
menggunakan sendok atau alat lain sebelum pengambilan contoh uji
b.
Ambil 10 ml contoh dan diencerkan
dengan 90 ml larutan pengencer Butterfiled’s
Phosphate Buffered sehingga diperoleh pengenceran 1:10. ini merupakan larutan dengan pengenceran 10-1.
5.
Analisa Angka Lempeng Total
1.
Dari persiapan contoh, dibuat
pengenceran selanjutnya (10-2,10-3,10-4, dan seterusnya sesuai
kebutuhan) dengan mengambil 1 ml larutan sebelumnya
menggunakan pipet steril kedalam 9 ml larutan pengencer.
2.
Kocok setiap pengenceran dengan menggunakan vorteks.
3.
Pipet 1 ml tingkat pengenceran
yang di inginkan kedalam cawan petri steril, lakukan duplo.
4.
Tuangkan 12-15 ml agar PCA ke
dalam cawan petri yang telah diberi contoh.
5.
Campurkan contoh dan agar dengan
mengerakan cawan petri sedemikian rupa
sehingga campuran tersebar merata.
6.
Biarkan agar memadat.
7.
Inkubasikan pada suhu 35ºC ± 1ºC
selama 48 ± 2 jam dengan posisi cawan
terbalik.
6.
Perhitungan dan Pelaporan Jumlah Mikroba
Hitung jumlah mikroba
dengan cara berikut :
Cawan petri dengan
koloni normal (yang tidak ditumbuhi oleh koloni berbentuk spreader). Hitung semua koloni yang ada dalam semua cawan petri
tersebut termasuk yang berukuran kecil, catat dengan pengenceran masing-masing.
Jumlah koloni yang akan diolah datanya antara 25-250 koloni.
Cawan petri dengan
jumlah koloni lebih dari 250 koloni. Pada cawan petri yang ditumbuhi lebih dari
250 koloni nyatakan dalam terlalu banyak untuk dihitung (TBUD), kecuali untuk
cawan yang jumlahnya hampir mendekati 250 koloni. Koloni Spreader Ada 3
macam koloni, yaitu:
a.
Merupakan rantai yang tidak
terpissah
b.
Spreader yang terbentuk pada bagian tengah
agar sampai dasar cawan petri
c.
Spreader yang terbentuk pada pinggir atau
permukaan agar
Untuk koloni spreader seperti rantai: apabila terjadi hanya satu rantai,
maka koloni dianggap 1, tetapi apabila ada lebih dari satu rantai terpisah,
maka setiap sumber rantai dihitung sebagai koloni terpisah. Kombinasikan hitungan spreader dengan angka lempeng total.
Ø
Cawan petri tanpa koloni
Jika tidak ada koloni
yang terbentuk pada semua cawan petri jumlah koloni sebagai <1 dikalikan
dengan pengenceran yang terkecil.
1.
Cara perhitungan:
a. Cawan petri dengan koloni normal (25-250):
Hitung
jumlah koloni dengan rumus berikut:
Dimana :
N = jumlah koloni per ml atau per gram
∑C = jumlah koloni dari tiap-tiap petri
n1 = jumlah
petri dari pengenceran pertama koloni yang dihitung
n1 = jumlah
petri pengenceran kedua koloni yang dihitung
d = pengenceran pertama yang
dihitung
Tabel 2 Contoh perhitungan
TPC
N = (232+244+33+28)
[(1x2) +(0,1x2)]x 10-2
= 537/0,022
= 24.049
= 24.000 (2,4 x 104)
Jika dalam suatu pengenceran, salah satu dari cawan petri tercatat
koloni kurang dari 25-250 atau lebih dari 250, maka yang dihitung hanya koloni
yang terletak antara 25-250 koloni.
b. Semua cawan petri lebih kecil dari 25 koloni
Catat jumlah koloni yang
terbentuk dan nyatakan hasil sebagai
jumlah bakteri lebih kecil dari 25 dikalikan pengenceran yang terendah.
Tabel 3. Contoh perhitungan TPC
Jumlah
koloni
|
10‑2
|
10-3
|
Perkiraan
jumlah bakteri
|
18
0
|
2
0
|
< 25
x 102 = <2,5 x 103
|
c.
Semua cawan petri lebih besar dari
250 koloni
Jika jumlah koloni
dari masing-masing cawan petri lebih dari 250 koloni, perkiraan jumlah bakteri dengan mengalikan
jumlah koloni pada pengenceran tertinggi dengan pengencernya.
Tabel 4. Contoh perhitungan TPC
Jumlah
koloni
|
10-2
|
10-3
|
Perkiraan
jumlah bakteri
|
TBUD
|
640
|
>250
X 103
=>2,5
X 105 (6,4 x 105)
|
TBUD
|
640
|
d.
Semua cawan ditumbuhi koloni spreader, dinyatakan sebagai spreader (SPR)
e.
Semua cawan petri tidak ditumbuhi
koloni
Jika pada semua cawan petri tidak
ditemukan koloni yang tumbuh, maka nyatakan hasilnya sebagai lebih kecil dari 1
kali pengenceran terkecil.
Tabel 5. Contoh perhitungan TPC
Jumlah koloni
|
10-1
|
10-2
|
Perkiraan jumlah
bakteri
|
0
|
0
|
<1,0x10-1
|
0
|
0
|
2.
Cara Pembulatan :
Dalam melaporkan jumlah koloni atau
jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka penting yang digunakan, yaitu angka
pertama dan kedua, dengan menggunakan aturan pembulatan sebagai berikut :
1.
Bila angka ketiga lebih besar dari
5, bulatkan
keatas.
2.
Bila angka ketiga klebih kecil
dari 5, bulatkan
kebawah.
3.
Bila angka ketiga 5, lakukan
pembulatan sebagai berikut :
a.
Bulatkan keatas apabila angka
kedua merupakan angka ganjil
b.
Bulatkan ke bawah bila angka kedua
merupakan angka genap
Tabel 6. Pembuatan data TPC
Hasil Perhitungan
|
Pembulatan
|
Pelaporan
|
12.700
|
13.000
|
1,3 x 104
|
12.400
|
12.000
|
1,2 x 104
|
15.500
|
15.000
|
1,5 x 104
|
14.500
|
14.000
|
1,4 x 104
|
Pencatatan dalam Logbook
Hasil Pengujian
Catat
dalam logbook hasil pengujian :
1.
Jenis, jumlah dan kondisi contoh
2.
Kode contoh
3.
Tanggal distribusi contoh
4.
Jenis, metode dan metode rujukan
analisis
5.
Target penyelesaian
6.
Nama Analis
7.
Jumlah sampel yang digunakan dalam
analisis
8.
Tingkat pengenceran yang digunakan
9.
Jumlah koloni pada setiap cawan
duplo baik yang dari 25, maupun yang lebih dari 250
10. Hasil perhitungan
11. Jumlah mikroba per ml atau per gram sebagai pembulatan dari hasil
perhitungan dengan penulisan satu digit desimal di depan koma.
F.
Pewarnaan Mikroba
Pendahuluan
Untuk mengamati bentuk atau ciri-ciri
suatu mikroba menggunakan mikroskop, dapat digunakan beberapa cara :
- Dengan mengamati sel-sel mikroba yang masih hidup tanpa diwarnai,
yaitu dengan menggunakan preparat basah.
- Dengan cara mengamati sel-sel mikroba yang telah mati dan
diwarnai.
Kebanyakan sel bakteri tidak bewarna, sehingga
jika dilarutkan didalam air dan dilihat menggunakan mikroskop tidak
memperlihatkan warna yang kontras dengan medium sekelilingnya. Warna sel
mikroba dapat dibuat lebih kontras dan mudah dilihat menggunakan mikroskop yaitu dengan mewarnai sel mikroba
tersebut dengan menggunakan zat warna khusus. Zat warna yang digunakan untuk
mewarnai sel mikroba tersebut dapat juga digunakan untuk
mengamati struktur bagian dari sel. Keuntungan menggunakan pewarnaan untuk bakeri adalah bakteri yang
ukuranya relatif kecil dengan pewarnaan akan lebih mudah dilihat dengan
menggunakan mikroskop lensa objektif dan minyak imersi yang mempunyai tingkat
pembiasan lebih tinggi.
Dalam pewarnaan mikroba, dapat digunakan
satu jenis zat warna. Cara ini disebut pewarnaan sederhana. Zat-zat warna yang
biasanya digunakan untuk pewarnaan sederhana misalnya biru metilen, fucsin basa
atau kristal violet. Zat-zat warna tersebut bekerja dengan baik dalam mewarnai
bakteri karena zat-zat tersebut membentuk warna (khromofor) dan bermuatan
pusitif. Oleh karena sel-sel bakteri bermuatan negatif, maka sel-sel tersebut
akan mengikat khromofor. Sedanakan zat-zat warna yang mengandung khromofor yang
bermuatan negatif (anion) disebut zat warna asam dan tidak dapat digunakan
untuk pewarnaan sederhana karena tidak dapat diikat oleh sel bakteri.
Bermacam-macam cara
pewarnaan yang dilakukan untuk mewarnai bakteri merupakan modikifasi stau
gabungan dari cara pewarnaan sederhana. Pewarnaan bakteri dapat dibedakan atas
beberapa golongan yaitu :
·
Pewarnaan Sederhana
·
Pewarnaan Diferensial
·
Pewarnaan Asam capat (acid- fast)
·
Pewarnaan Struktural
·
Pewarnaan Inti sel (flugen)
·
Pewarnaan Endospora
·
Pewarnaan Dinding sel
·
Pewarnaan Kapsul
·
Pewarnaan Flagela
·
Pewarnaan untuk menguji adanya
komponrn-komponen tertentu didalam sel separti : glikogen dan lipida
Di dalam laporan ini akan
dibahas dua cara pewarnaan yang paling mudah dan paling sering dilakukan dalam
mikrobiologi pangan yaitu pewarnaan gram dan pewarnaan endospora.
1.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram merupakan
salah satu cara pewarnaan yang paling sering dilakukan dalam pekerjaan
mikrobiologi. Cara pewarnaan ini diciptakan pertama kali tahun 1884 oleh
seorang bakteriologi yang bernama Chrisian Gram untuk membedakan pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Cara pewarnaan gram ini merupakan cara
pewarnaan diferensial, dimana dengan dengan cara ini bakteri dapat dibedakan
menjadi dua grup yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Perbedaan
dari keduanya disebabkan oleh perbedaan dalam lapisan-lapisan dinding selnya.
Dalam pewarnaan gram
diperlukan empat jenis larutan yaitu larutan zat warna basa, mordant, pencuci
zat warna dan satu zat warna lainnya (counterstain)
yang berbeda dengan zat warna yang pertama. Mordant adalah salah satu zat yang
dapat menaikkan afinitas atau pengikat antara sel dengan zat warna. Beberapa
contoh mordant misalnya asam, basa, gram metal, dan yodium. Dengan adanya
mordant, zat warna akan lebih sukar tercuci. Pencuci warna digunakan untuk
menghilangkan zat warna dari sel-sel lainya. Dalam pewarnaan gram dan pewarnaan
diferensial lainya, perbedaan dari bakteri disebabkan oleh perbedaan dalam
kecepatan merlepaskan zat warna oleh sel. Zat warna kedua yang digunakan
setelah sel dicuci dengan larutan pencuci
disebut “counterstain” yang
berbeda warna dari zat warna pertama, sedangkan sel-sel yang dapat segera melepaskan
zat setelah pencucian akan mengikat zat
warna kedua.
Dalam pewarnaan gram, mula-mula
sel bakteri diwarnai dengan zat warna basa yaitu kristal violet, diikuti dengan
perlakuan menggunakan suatu mordant yaitu larutan yodium (lugol). Sel kemudian dicuci derngan menggunakan alkohol untuuk
menghilangkan kristal violet. Pencucian dengan alkohol yang berlebihan dapat
menghilangkan warna yang telah diserap oleh dinding sel. Setelah dicuci dengan
air, kemudian diwarnai dengan “counterstain”
yaitu safranin. Selain safranin, fuchsin basa juga dapat digunakan sebagai
counterstain. Sel-sel yang tidak dapat melepaskan warna dan akan berwarna tetap
seperti warna kristal violet yaitu biru ungu disebut bakteri gram positif
sedangkan sel-sel yang dapat melepaskan kristal violet dan mengikat safranin
serhingga bewarna merah muda disebut bakteri gram negatif.
Gambar
3. Mekanisme kerja zat pewarna
2.
Pewarnaan Endospora
Spesies bakteri yang
termasuk dalam generasi clostridium dan
bacallus memproduksi suatu struktur
di dalam selnya yang disebut endospora. Jika sel semakin tua, maka akan lebih
tahan lama dalam keadaan lingkungan yang ekstrim misalnya dalam keadaan yang
kering, panas atau lebih tahan terhadap pewarnaan dan sekali berhasil diwarnai,
spora sangat sukar melepaskan zat warna, sehingga tidak mengikat zat warna
lainya yang diberikan kemudian (caunterstain).
Prinsip pewarnaan ini digunakan untuk membedakan spora dari sel vegetatif. Zat
warna yang paling sering digunakan untuk mewarnai spora adalah malachite green (schaeffer dan fulton) yang
tetap diikat oleh spora setelah pencucian dengan air dan sebagai conterstain
digunakan safranin. Dengan cara ini endospora yang masih terdapat di dalam
spora vegetatif dan spora bebas akan berwarna hijau-biru, sedangkan sel
vegetatif akan berwarna merah sampai
merah muda.
3. Cara kerja
a.
Persiapan dan fiksasi
Fiksasi adalah membunuh
bakteri dan membuat sel-sel bakteri tersebut melekat pada gelas objek.
ü
Makanan kultur/cair. Disebarkan satu loop
makanan atau kultur cair pada gelas objek sehingga mencapai diameter kira-kira
1-1,5 cm2 . Dikeringkan di udara dan difiksasi
dengan nyala api kecil.
ü
Makanan / kultur padat. Diberi setetes air pada gelas objek dan diambil sejumlah kecil
pertumbuhan mikroba menggunakan ujung loop, kemudian disebarkan pada setetes
air di atas gelas objek sehingga mencapai diameter kira-kira 1-1,5 cm2
. Suspensi yang terbentuk tidak boleh terlalu tebal. Kemudian dikeringkan di
udara dan di fiksasi dengan nyala api kecil.
Gambar
2. Diagram
persiapan kultur bakteri untuk pewarnaan
b.
Pewarnaan gram
1.
Diteteskan pewarna kristal violet
diatas filem pada gelas objek dan biarkan selama 1 menit.
2.
Bilas dengan aquadest dengan cara memegang gelas
objek pada posisi miring.
3.
Sisa air yang tertinggal di buang
dan di keringkan setelah itu tetesi dengan yodium gram (lugol) selama 1 menit.
4.
Setelah itu dicuci dengan aquadest,
kemudian dihilangkan warnanya menggunakan alkohol 95% selama 10-20 detik atau
sampai warna biru tidak luntur lagi.
5.
Dicuci lagi sebentar, kemudian
ditetesi dengan pewarna conterstain yaitu larutan safranin selama 10-20 detik.
6.
Dibilas dengan air dan dikeringkan
dengan tissu.
7.
Diamati dengan menggunakan
mikroskop dengan lensa objektif minyak imersi, cara pengelompokan (tunggal,
berpasangan, rantai, bergerombol) pembentukan spora dan reaksi gram.
c.
pewarnaan endospora bakteri
Mula-mula dibuat filem
tipis seperti pada pewarnaan gram, dikeringkan di udara dan difiksasi dengan
nyala api kecil. Teteskan pewarna malasit hijau (malachite green) diteteskan diatas nyala filem dan biarkan selama
20 menit tanpa pemanasan atau selama 5 menit diatas penangas air. Setiap kali
pewarna menjadi kering tetesi lagi
pewarna yang baru. Kemudian cuci secara hati-hati dengan menggunakan aquadest
20-30 detik sampai warna hijau tidak luntur. Filem ditetesi dengan safranin
(untuk mewarnai sel) selama 30 detik, bilas dengan aquadest dan bersihkan
dengan tissu.
Objek diperiksa dengan
menggunakan mikroskop menggunakan lensa objektif minyak imersi. Endospora
bakteri akan bewarna hijau-hijau muda, sedangkan sel vegetatif bawarna
merah-merah muda. Diamati besar dan bentuk spora, letak spora didalam sel,
pengembangan sel vagetatif atau spora mungkin telah dikeluarkan dari sel jika
kultur yang diamati sudah terlalu tua.
G.
Pembuatan Kultur Kapang pada Glas Obyek (Slides Cultur)
Identifikasi isolat kapang
dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu, pengamatan kapang secara mikroskopis yang meliputi
pengamatan terhadap warna dan bentuk koloni. Tahap kedua yaitu, pengamatan
mikroskopis yang dilakukan dengan membuat Slides
Cultur yang meliputi pengamatan dalam bentuk hifa (bentuk dan ukuran
konida). Pembuatan Slides Cultur
dapat di lakukan dengan cara sebuah cawan petri diberi alas kertas saring
sehingga alas bagian bawah cawan tertutup. Suatu batang glas berbentuk U atau V
diletakan didalamnya dan diatasnya diletakan glass obyek berdampingan dengan
glas penutup. Cawan tersebut disterilisasi kering menggunakan oven. Setelah
dingin diatas gelas obyek ditetesi medium cair steril yaitu Potato Dextrose Agar / Malt Exstract Agar atau
Glucose Agar. Diratakan dengan loop
atau batang gelas steril sehingga membentuk lapisan tipis dengan luas tidak
melebihi gelas penutup dan biarkan membeku didalam cawan tertutup. Setelah
membeku, permukaan agar diinokulasi dengan sedikit spora kapang dengan
menggunakan ose, kemudian tutup dengan gelas penutup steril. Sebanyak 5-7 ml
gliserol 10% steril diteteskan di atas kertas filter untuk memberikan
kelembaban yang optimum selama pertumbuhan kapang, inkubasi dilakukan pada suhu
kamar selama 3-5 hari, kemudian struktur kapang diamati menggunakan mikroskop,
mula-mula dengan pembesaran rendah (100 kali) kemudian dengan pembesaran tinggi
(400 kali, high dry).
Gambar
3. Tahap pembuatan slides
kultur: (A) Agar diletakan dalam gelas obyek yang diambil dari media PDA
steril. (B) Cawan petri yang berisi batang penahan yang berbentuk U. (C)
Inokulasi kapang pada media PDA yang telah disimpan diatas gelas obyek. (D)
Agar yang telah di inokulasi tutup dengan kaca penutup gelas obyek.
H.
Pemeliharaan Kultur
Pengawetan kultur merupakan suatu
cara untuk mempertahankan kultur mikroba atau kultur murni dari suatu mikroba
dalam waktu tertentu. Lama mikroba bertahan tergantung oleh jenis media dan
teknik pengawetan yang digunakan. Pengawetan mikroba dibagi menjadi dua yaitu
pengawetan jangka panjang dan pengawetan jangka pendek.
1.
pengawetan jangka pendek
Pengawetan jangka pendek
biasanya menggunakan media agar yaitu agar miring, agar cawan, agar tusuk atau
dalam media semi padat (tabung reaksi), pengawetan ini dilakukan dengan
pendinginan. Berdasarkan media yang
digunakan pengawetan jangka pendek, mikroba bertahan sekitar 3 minggu dan
setiap 3 minggu sekali harus disegarkan kembali dengan mengambil satu sel atau
lebih mikroba hidup dan diinokulasi kemedia baru secara aseptis dan diinkubasi
sesuai dengan pertumbuhan mikroba dan selanjutnya disimpan dalam refrigerator. Jika disimpan dalam suhu
kamar, media harus ditambah dengan mineral
oil untuk menjaga kelembabanya.
2.
pengawetan jangka panjang (manik-manik)
Manik-manik yang digunakan
untuk pengawetan kultur biasanya menggunakan manik-manik khusus bisa juga
menggunakan manik-manik biasa. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a.
Manik-manik dimasukan dalam kuvet
sebanyak 75% dari besarnya kuvet kemudian disterilisasi pada suhu 121°C selama
15 menit. Bisa juga digunakan tabung reaksi steril.
b.
Manik-manik yang sudah steril
ditambahkan suspensi kultur murni sampai manik-manik terendam, dilakukan secara
aseptis.
c.
Didiamkan selama 2-3 jam.
d.
Diambil cairan dari kuvet
(suspensi kultur) dengan menggunakan pipet dan kemudian digantikan dengan
gliserol 20% sampai terrendam kemudian ditutup. Dilakukan secara aseptis.
e.
Disimpan dalam refrigerator (suhu
7°C)
Pengamatan
Amati viabilitas dari kultur
yang telah imobilisasikan tersebut secara kualitatif yaitu dengan menumbuhkan
kembali 1 atau 2 butir kultur yang telah diimobilisasikan tersebut kedalam
media cair (PDB atau MRSB) inkubasikan selama 2 hari (bakteri dan khamir) serta
6 hari (kapang). Amati ada tidaknya pertumbuhan bakteri dengan ciri-ciri adanya
kekeruhan, endapan, filamen kapang atau yang lainya.
I.
Analisa Kapang Khamir
Kapang merupakan anggota
regnum fungi (kerajaan jamur) yang biasanya tumbuh pada permukan makanan yang
sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan
anggota dari kelas Ascomycetes. Khamir
adalah fungi akasel (uniseluler) yang
beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman
beralkohol dan bahkan digunakan pada sel bahan bakar. Kebanyakn khamir
merupakan anggota devisi Ascomycota,
walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota.
Beberapa jenis khamir, seperti Candida
albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis). Lebih dari
seribu spesies khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan
adalah, yang dimangfaatkan untuk produksi anggur, roti tape dan bir sejak
ribuan tahun yang silam dalam bentuk ragi.
Cara Kerja
a.
Metode rujukan
1)
Bakteriologikal Analytical Manual Online
2)
Metode pengujian cemaran mikroba
dalam SNI Tepung Terigu 2006
b.Peralatan
1)
Meja kerja
2)
Cawan petri
3)
Pipet ukur 1,5 dan 10 ml
4)
Tabung pengencer
5)
Botol media
6)
Wadah pipet dan cawan petri
7)
Inkubator suhu 25±1ºC
8)
Kantong plastik steril
9)
Stomacher
10)
Pembakar bunsen
11)
Timbangan analitik
12)
Magnetik stirer
13) Pengocok tabung (vortex)
14)
Autoklaf
15)
Lemari steril (laminar flow)
16)
Refrigerator
17)
Freezer
c.
Persiapan Contoh
1)
Makanan padat dan semi padat
a)Contoh
diaduk secara merata dengan menggunakan spatula atau alat lain sebelum
pengambilan contoh uji.
b)
Ditimbang 25 gram contoh secara
aseptis dan dimasukan kedalam erlenmeyer yang telah berisi 225 ml larutan Butterfiled’s phosphate Buffered sehingga diperoleh pengenceran
1 : 10.
c)Homogenkan
dengan Stomacher selama 2 menit. Ini
merupakan larutan dengan pengenceran 10-1, kemudian dibuat
pengenceran 10-2 ,10-3 , dan seterusnya.
2)
Minuman atau makanan cair
a)
Contoh diaduk secara merata dengan
menggunakan spatula atau alat lain sebelum pengambilan contoh uji.
b)
Contoh yang diuji dimulai dari
pengenceran 100 (contoh tanpa pengenceran)
c)
Dilakukan pengenceran 10-1 dengan
mengambil 25 ml contoh dan diencerkan dengan 225 ml larutan Butterfiled’s phosphat Buffered
d)
Kemudian dibuat seri pengenceran
10-2, 10-3 dst dengan menggunakan larutan Butterfiled’s phosphate Buffered.
d.
Analisa total kapang khamir
1)
Dari persiapan contoh, dipipet 1ml
dsari masing-masing pengenceran sesuai kebutuhan ke dalam cawan petri stril
secara duplo.
2)
Dituangkan media PDA yang telah
ditambah asam tartarat atau antibiotik kedalam cawan. Dan digoyangkan cawan
petri sampai larutan tercampur merata. Dan biarkan sampai membeku.
3)
Diinkubasikan pada suhu 30 ± 1°C selama 5 hari (posisi cawan terbalik).
4)
Hitung koloni dan laporkan sebagai jumlah kapang khamir.
e.
Perhitungan
Hitung semua koloni yang ada
dalam cawan petri. Pilih cawan yang menunjukan jumlah koloni 10-150 per cawan.
Hitung rata-rata jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Perhitungan
jumlah kapang khamir sama dengan perhitungan TPC.
J.
Analisa Sallmonela
Salmonella merupakan suatu genus
bakteri entrobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus,
paratifus, dan penyakit foodbrone. Spesies Salmonella
dapat bergerak bebas menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari
nama Daniel Edward salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekanya Theobald
Smith (yang terkenal akan hasil pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan
bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
Jenis Salmonella yang menyebabkan penyakit adalah Salmonelosis, biasanya Salmonella triphimorin dan Salmonella
enteridish. Sumber infeksi yang
diserang bakteri ini adalah jenis makanan hewani seperti sosis ikan, telur
karena makanan tersebut terkontaminasi oleh Salmonella
yang berasal dari kecoa, lalat, dan tikus. Salmonella
enteridish menyebabkan diare berdarah.
Biasanya penyakit ini timbul 12-24 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi oleh Salmonella.
Cara
kerja
a.
Metode Rujukan
Bacteriological Analitical
Manuals online Revisi Desember 2007. Chapter 5.
Salmonella. Food and Drug Administratio.
b.
Peralatan
1)
Cawan petri
2)
Tabung reaksi
3)
Pipet 10 ml
4)
Botol media
5)
Gunting
6)
Pinset
7)
Jarum ose
8)
Stomacher
9)
Pembakar bunsen
10)
Timbangan
11)
Magnetik stirer
12)
Pengocok tabung (vortex)
13)
Inkubator 35 ± 1ºC
14)
Inkubator 42 ± 0,2ºC
15)
Penangas air
16)
Autoklaf
17)
Lemari steril (laminar flow)
18)
Lemari pendingin (refrigerator)
c.
Media dan pengenceran
1)
Media dan larutan pengencer
a)
Lactose Broth (LB)
b)
Tetrathionate Broth (TTB)
c)
Rappapport Vassiliadis (RV)
d)
Xylose Lysine Desoxychiolate (XLDA)
e)
Hektone Enteric Agar (HEA)
f)
Bismuth Sulfite Agar (BSA)
g)
Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
h)
Lysine Iron Agar (LIA)
i)
Lysine Decarboxylase Broth (LDB)
j)
Kalium Candida Broth (KCNB)
k)
Methyl Red-voges proskauer (MR-VP)
l)
Simmon Citrate Agar (SCA)
m)
Tryptose Broth (TB)
n)
Trypticase Soy Tryptone Broth (TSTB)
o)
Sulfite indol motility (SIM)
p)
Brain Heart infusion (BHI)
q)
Urea Broth (UB)
r)
Malonate Broth
s)
Phenole Red Lactose Broth
t)
Phenole Red Sucrose Broth
u)
Reagen Kovac
v)
Kristal Keratin
w)
Larutan Brom sceresol Purple Dye 0,2%
x)
Larutan Physiological Saline 0,85%
y)
Larutan a naphtol
z)
Larutan KOH 40%
aa)
Methyl Red Indicatore
d.
Persiapan contoh
a)
Susu (cair, bubuk, formula) dan
tepung
Secara aseptik, timbang 25 g
contoh ke dalam botol sampel steril bermulut lebar bertutup ulir (500ml) atau
wadah lainnya. Untuk contoh bukan bubuk tambahkan 15 ml Lactose Broth, 10,10, dan 190 ml, sehingga total volume mencapai
225 ml. Aduk dengan baik sampai tidak ada gumpalan. Tutup botol dengan baik dan
biarkan selama 60 ± 5 menit pada suhu ruang. Campur dengan baik digoyangkan dan
tetapkan pH yang diperlukan, tetapkan pH menjadi 6.8 ± 0,2 dengan NaOH 1N atau HCl 1N. Tutup botol dengan
baik dan kocok dengan baik sebelum menentukan pH akhir. Longgarkan tutup ulir
botol sampai ¼ putaran dan inkubasikan selama 24 ± 2 jam pada suhu 35°C.
b)
Saos tomat
Timbang secara aseptis 25 g
contoh kedalam kantung plastik Stomacher steril.
Tambahkan 225 ml Lactose Broth steril
dan campurkan selama 2 menit menggunakan Stomacher.
Pindahkan secara aseptis campuran yang sudah homogen kedalam botol sempel
bermulut lebar, bertutup ulur steril (500ml) atau wadah yang tepat dan biarkan
selama 60 ± 5 menit pada suhu ruang dengan botol tertutup rapat. Campur dengan
baik dengan menggoyangkan dan tetapkan pH 6,8 ± 0,2. Longgarkan tutup ulir
botol sampai ¼ putaran dan inkubasikan selama 24 ± 2 jam pada suhu 35°C.
e.
Pengujian salmonella
1)
Pengayaan dan isolasi Salmonella
a)
Tutup rapat dan kocok contoh yang
sudah diinkubasi secara berlahan. Pindahkan 0,1 ml larutan pada 10 ml RV medium
dan 1 ml pada 10 ml TTB. Kocok dengan menggunakan vortex.
b)
Inkubasi media RV pada suhu 42°C ±
0,2 °C selama 24 jam ± 2 jam dan media TTB pada suhu 35°C ± 0,2 °C selama 24
jam ± 2 jam.
c)
Amati pertumbuhan pada media RV
dan TTB.
2)
Isolasi dan identifikasi
a)
Diambil suspensi dengan jarum ose
dari masing-masing media pengayaan yang telah diinkubasikan, dan diinokulasikan
dengan cara membuat goresan pada media HEA, XLDA dan BSA. Inkubasikan pada
temperatur 35ºC selama 24 ± 2 jam. Pada BSA, apabila hasil belum terlihat
jelas, dapat diinkubasikan lagi selama
24 ± 2 jam.
b)
Diamati koloni tipikal Salmonella
ü
Pada media HEA terlihat bewarna
hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam (H2S).
ü
Pada media XLDA koloni Salmonella terlihat merah muda dengan
atau tanpa titik mengkilat, terlihat hitam pada hampir setiap koloni.
ü
Pada media BSA koloni Salmonella terlihat keabu-abuan atau
kehitaman, kadang metalik, media disekitar koloni bewarna coklat dan semakin
lama akan bewarna hitam jika di inkubasi menerus.
c)
Diambil koloni yang diduga sebagai
Salmonella dari ketiga media tersebut
dan diinokulasikan koloni ke Triple Sugar
Iron Agar (TSIA) dan Lysine Iron Agar
(LIA) dengan cara menusuk kebagian tegak agar miring, selanjutnya digores
pada permukaan agar miring. Diinkubasikan pada suhu 35ºC selama 24 ± 2 jam.
Diamati koloni spesifik Salmonela
dengan merujuk pada hasil reaksi seperti tercantum pada Tabel 7.
d)
Diamati koloni atipikal (tidak
khas) Salmonella.
ü
Pada media HEA dan XLDA beberapa
kultur Salmonela membentuk koloni bewarna kuning dengan atau tanpa titik hitam. Jika tidak ada
koloni khas yang tumbuh, maka diambil 2 atau lebih koloni yang tidak khas.
ü
Pada media BSA koloni yang tidak
khas bewarna hijau dengan sedikit atau tanpa warna kehitaman. Apabila hasil
belum jelas terlihat koloni khas setelah inkubasi 24 ± 2 jam, BSA diinkubasikan
lagi selama 24 ± 2 jam. Jika tetep tidak
terlihat koloni khas, maka ambil 2 atau lebih koloni yang tak khas.
e)
Diinokulasikan koloni atipikal
dari ketiga media tersebut, diinokulasikan ke media TSIA dan LIA dengan cara
menusuk ke bagian tegak agar miring dan menggoreskanya pada permukaan agar
miring menggunakan ose. Diinkubasikan pada suhu 35 ºC selama 24 ± 2 jam.
Diamati koloni tipikal Salmonela
dengan merujuk pada hasil reaksi seperti tercantum pada tabel 7
Tabel 7. Hasil uji salmonella spp.
Pada TSIA dan LIA
Media
|
Agar Miring (slant)
|
Dasar Agar (Battom)
|
H2S
|
Gas
|
TSIA
|
Alkalin / K (merah)
|
Asam / A (kuning)
|
Positif (hitam)
|
Negatif / Positif
|
LIA
|
Alkalin/K(ungu)
|
Alkalin/K(ungu)
|
Positif (hitam)
|
Negatif / Positif
|
3)
Uji Biokimia
Uji ini terdiri dari beberapa pengujian yaitu :
a)
Uji Urase
b)
Uji indol
c)
Uji Voges Proskauer (VP)
d)
Uji Methyl Red (MR)
e)
Uji sitrat (C)
f)
Uji Lysine Decarboxylase Broth (LDB)
g)
Uji kalium Cyandida (KCN)
4)
Uji Gula-gula
Uji ini terdiri dari beberapa pengujian yaitu :
a)
Uji Malonate Broth
b)
Uji Phenol Red Lactose Broth
c)
Uji Phenol Red Sucrose Broth
f.
Interpretasi hasil salmonella spp.
Interpretasi hasil uji
biokimia salmonella spp. Dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Reaksi biokimia Salmonella.
No
|
B.
Uji substrat
|
C.
Hasil reaksi
|
D.
Positif
|
E.
Negatif
|
Salmonella
|
1
|
Glukosa
(TSIA)
|
Tusukan
kuning
|
Tusukan
merah
|
+
|
2
|
Lysine Dekarboksilase (LIA)
|
Tusukan
ungu
|
Tusukan
kuning
|
+
|
3
|
H2S
(TSIA dan LIA)
|
Hitam
|
Tidak
hitam
|
+
|
4
|
Lysine Dekarboksilase Broth
|
Warna
ungu
|
Warna
kuning
|
+
|
5
|
Phenol Red Dulcitol Broth
|
Warna
kuning dengan / gas
|
Tanpa
berubah warna dan tanpa terbentuk gas
|
+ a)
|
6
|
KCN Broth
|
Ada
pertumbuhan
|
Tidakada
pertumbuhan
|
-
|
7
|
Malonat
Broth
|
Warna
biru
|
Tidak
berubah warna
|
- b)
|
8
|
Uji
indol
|
Permukaan
warna merah
|
Permukaan
warna kuning
|
-
|
9
|
Phenol Red Lactose Broth
|
Warna
kuning dengan / tanpa gas
|
Tidak
terbentuk gas tidak berubah warna
|
- b)
|
10
|
Phenol Red Sukrosa Broth
|
Warna
kuning dengan / tanpa gas
|
Tidak
terbentuk gas tidak berubah warna
|
-
|
11
|
Uji Voges- proskauer
|
Merah
muda sampai merah
|
Tidak
berubah warna
|
-
|
12
|
Uji Methyl Red
|
Merah
menyebar
|
Warna
kuning
|
+
|
13
|
Simmon sitrat
|
Pertumbuhan
warna biru
|
Tidak
ada perubahan
|
+
|
Keterangan :
a)
Mayoritas dari kultur S.arizonae adalah neagti
b)
Mayoritas dari kultur S.arizonae adalah positif
|
g.
Pelaporan
Laporkan hasil analisis sebagai negatif atau positif /25 g atau per 25
ml.
K.
Analisa Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus (S. Aureus) adalah
bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob
fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh
berpasangan maupun berkelompok dan termasuk dalam famili micrococcacaceae, dengan diameter sekitar 0,8- 1,0 µm. Staphylococcus aureus tumbuh dengan
optimum pada suhu 35ºC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Staphylococcus aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri
ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran
pernafasan atas dan kulit jarang menyebabkan penyakit, individu yang sehat
biasanya berperan sebagai karir (pembawa).
Infeksi serius akan terjadi apabila resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon, adanya penyakit, luka atau perlakuan menggunakan steroid atau
obat lain yang mempengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
Staphylococcus aureus menghasilkan
antrotoksin yang menyebabkan keracunan pada manusia. Bakteri ini sering
terdapat pada makanan yang mengandung protein tinggi seperti sosis, telur dan
sebagainya. Staphylococcus aureus tahan
garam dan tumbuh baik pada medium yang mengandung 7.5 % NaCl serta dapat
mefrementasi manitol. Bakteri ini menghasilkan koagulase sehingga dapat
dibedakan atas beberapa grup berdasarkan sifat imunitas koagulasenya yaitu
koagulase tipe I sampai VII.
Entrotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus bersifat tahan panas dan masih aktif setelah
dipanaskan pada suhu 100 ºC selama 30 menit. Enterotoksin Staphylococcus aureus dapat dibedakan atas lima tipe yaitu A, B, C,
D, dan E. Dalam kasus keracunan makanan perlu dilakukan identifikasi sampai
didapatkan tipe koagulase, tipe toksin dan tipe phage.
Infeksi Staphylococcus aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi
patologi, diantaranya bisul, jerawat, peneumonia, meningitis, dan artritits.
Sebagian besar penyakit ini menghasilkan nanah, oleh karena itu bakteri ini
disebut piogenik. Staphylococcus aureus
juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonveksi H2O2 menjadi
H2O dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan
menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan
fibrin ynag disebabkan oleh enzim, enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri
sehingga agen perlindungan inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat.
Cara kerja
a. Metode rujukan
Bakteriologikal Analitical Manual Online Januari 2001. Chapter 12. Staphylococcus aureus.
b. Peralatan
1)
Meja kerja steril
2)
Cawan petri
3)
Pipet ukur 1ml
4)
Pipet 10 ml
5)
Botol pengencer berulir
6)
Batang gelas bengkok (hocky stick)
7)
Wadah pipet dan cawan petri
8)
Waterbath
9)
Inkubator suhu 35 ± 1ºC
10) Timbangan
11) Vortex
12) Kantong plastik steril
13) Stomacher
14) Bunsen
15) pH meter
16) Magnetik stirer
17) Autoklaf
18) Lemari steril (Laminar flow)
19) Hot plate stirer
c. Media dan pengencer
1)
Media dan Pengencer
a)
Baird Parker Agar (BPA)
b)
Egg yolk tellurite emulsion
c)
Tryptic Soy Agar (TSA)
d)
Brain Heart Infusion (BHI) broth
e)
Koagulase plasma kelinci (coagulate rabbit plasma) dengan EDTA 0,1%
f)
Butterfiled’s phosphate Buffered (BPB)
d. Persiapan contoh
1)
Makanan padat dan semi padat
a)
Diaduk contoh secara merata dengan
menggunakan spatula atau alat lain sebelum pengambilan contoh uji.
b)
Ditimbang 50 g contoh secara
aseptis dan diinkubasikan ke dalam erlenmeyer yang telah berisi 450 ml larutan Butterfiled’s phosphate Buffered sehingga diperoleh pengenceran 1:10.
c)
Dihomogenkan dengan stomacher selama 2 menit. Ini merupakan
larutan dengan pengenceran 10-1, kemudian dibuat pegenceran 10-1,10-2,10-3
dan seterusnya.
2)
Minuman atau makanan cair
a)
Diaduk contoh secara merata dengan
menggunakan spatula atau alat lain sebelum pengambilan contoh uji.
b)
Contoh yang diuji mulai dari
pengenceran 100 (contoh tanpa pengenceran)
c)
Dilakukan pengenceran 10-1 dengan
mengambil 25 ml contoh dan diencerkan dengan 225 ml larutan pengencer Butterfiled’s phosphate Buffered.
d)
Kemudian dibuat seri pengenceran
10-2, 10-3 dst, dengan menggunakan larutan Butterfiled’s phosphate Buffered.
e. Pengujian Staphylococus aureus dengan Metode
Hitung Cawan (Metode Sebar)
Pengujian selalu disertai
dengan penggunaan kontrol positif dan negatif. Dituang media BPA yang sudah ditambah
dengan (egg yolk telurite emulsion) pada
masing-masing cawan yang akan digunakan dan biarkan sampai memadat. Dipipet 1
ml suspensi dari setiap pengenceran dan diinokulasikan, diratakan suspensi
contoh diatas permukaan media agar dengan menggunakan batang gelas bengkok (hockey stick). Diinkubasikan pada
temperatur 35 ºC selama 45-48 jam pada posisi terbalik.
f.
Perhitungan dan pengamatan
1)
Dipilih cawan petri yang
mengandung 20-200 koloni. Apabila cawan petri pada pengenceran terendah berisi
<20 koloni maka gunakan hasil perhitungan ini. Jika cawan dengan
poengenceran tertinggi berisi >200 dan koloni tipikal tidak muncul maka
gunakan cawan ini untuk menghitung Staphylococcus
aureus tetapi jangan perhitungan koloni atipikal.
2)
Koloni Staphylococcus aureus mempunyai ciri khas bundar, licin dan halus,
cembung, diameter 2-3mm, bewarna abu-abu sampai hitam pekat, dikelilingi zona
opaqe, dengan atau tanpa zona terang (clear zone). Konsistensi koloni seperti
metega atau lemak jika disentuh dengan ose. Galur non-lipolitik mempunyai sifat
koloni separti di atas, tetapi tidak dikelilingi zona opaqe dan zona luar yang
terang
3)
Dicatat jumlah masing-masing
koloni yang mempunyai ciri seperti pada poin 7 diatas.
4)
Diambil satu atau lebih koloni
dari masing-masing bentuk yang tumbuh dan lakukan uji identifikasi.
g. Uji identifikasi dengan Uji
koagulase
Iokulasikan koloni yang
diduga Sthypilococus aureus, ambil
satu koloni penuh masukan dalam Brain
Heart Infusion Broth (BHIB), dari BHI inokulasikan ke media Trypto Soya Agar (TSA) kemudian BHI dan
TSA di inkubasikan disuhu 37°C selama 24 jam,tambahkan BHI dengan plasma
kelinci yang telah di tambah dengan EDTA 1%, inkubasikan kembali pada suhu 37ºC
selama 24-48 jam amati setiap 6 jam. Jika positif akan membentuk gumpalan
seperti agar yang apa bila di balik tidak akan bergerak jatuh.
h. Perhitungan
Dihitung jumlah koloni yang
menunjukan koloni khas Staphylococcus aureus dan menunjukan
hasil dari uji koagulase positif dengan perhitungan sebagai berikut:
N = ∑C
x d .
[(1xn1) +
(0,1 x n2)]
Dimana :
N = adalah jumlah koloni per g
atau ml produk
∑C = adalah koloni dari tiap-tiap
petri
n1 = jumlah cawan petri dari pengenceran
pertama yang dihitung
n2 = jumlah cawan
petri dari pengenceran kedua
d = pengenceran pertama yang
dihitung
Hasil dilaporkan sebagai jumlah Staphylococcus
aureus per ml atau per gram . (koloni/
ml atau koloni / g).
L.
Analisa Escherichia coli
Eschericia coli atau biasa disingkat E.Coli, adalah sepesias gram negatif.
Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Ecsherich ini dapat ditemukan
dalam usus besar manusia. Kebanyakan Eschericia
coli tidak berbahaya, tetapi
beberapa separti Eschericia coli tipe
O157:H7, dapat mengakibatkan menyebabkan keracunan makanan yang serius pada
manusia. Eschericia coli yang tidak
berbahaya dapat menguntungkan manusia karena dapat memproduksi vitamin K2
atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus. Eschericia coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika.
Biasa digunakan sebagai vaktor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan
untuk dikembangkan, Eschericia coli dipilih
karena pertumbuhanya sangat cepat dan penangananya mudah.
Escherichia coli entropatogenik
Keracunan makanan yang
disebabkan oleh Eschericia coli patogenik
(EPEC) biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh Eschericia coli penyebab
entiritis. EPEC berbeda bengan Eschericia
coli secara normal berada di usus besar. EPEC mempunyai antigen spesifik
tertentu dan menyebabkan gastroenteritis akut atau enteritis seperti disentri pada
menusia. Yang tergolong EPEC termasuk Eschericia
coli yang bersifat invasif atau disebut EIEC (Entro Invansif E.Coli) dan Eschericia
coli entrotoksigenik yang disebut juga ETEC. EIEC dapat menembus sel-sel
saluran pencernaan seperti halnya Shigella,
sedangkan ETEC memproduksi entrotoksin yang bersifat separti toksin kolera.
Eschericia coli adalah salah satu gram
negatif berbentuk batang, bersifat anaerobik fakultatif dan mempunyai flagela
peritrikat. Eschericia coli dibedakan
sesuai sifat serologinya berdasarkan antigen somatik (O), kapsul (K) dan
flagele (H). Enterotoksin yang diproduksi oleh ETEC dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu :
1.
Enterotoksin yang tahan panas
disebut ST yaitu singkatan dari “ Stable Toxin”.
2.
Enterotoksin yang tidak tahan lama
disebut LT yaitu singkatan dari “Labile Toxin”.
ST masih aktif setelah pemanasan pada suhu 100ºC selasma 30 menit. bakteri
yang bersifat enterotoksigenik memproduksi salah satu atau kedua macam toksin
tersebut.
Cara kerja
a.
metode rujukan
1.
Baktriological Analytical Manual Online september
2002. Chapter 4. Enumeration of
Escherichia coli and the coliform Bakteria. Food and Drug Administration.
2.
SNI 01-2332.1-2006. Cara uji
mikrobiologi-bagian1: Penentuan koliform dan Escherichia coli pada produk perikanan. Badan standatisasi
3.
SNI 01-3751-2006. Tepung terigu
sebagai bahan makanan. Badan standarisasi nasional
b.
Peralatan
1)
Penangas air bertutup dengan
sirkulasi 45 ± 0,5ºC
2)
Inkubator 35 ± 1 ºC
3)
Timbangan
4)
Stomacher
5)
Pipet 10 ml
6)
Peralatan steril penanganan sampel
(gunting, pinset, kantung plastik,dll)
7)
Botol pengencer
8)
Tabung durham
9)
Cawan petri
10) Tabung reaksi bertutup ulir ukuran 16 x 150 mm dan 13 x 100 mm
11) Mikroskop
12) Gelas objek
13) Tabung pengencer
14) Jarum ose
15) Pembakar bunsen
16) Magnrtik stirer
17) Pengocok tabung (vortex)
18) Autoklaf
19) Lemari steril (laminar flow)
20) Waterbath
21) Refrigerator
c.
Media dan Pengencer
a.
Lauryl Sulphate Tryptose Broth (LSTB)
b.
Escherichia coli broth (ECB)
c.
Levine’s Eosine Methylen Blue Agar (EMBA)
d.
Triptone Broth (TB)
e.
Butterfiled’s phosphate buffered
f.
MR – VP broth
g.
Indikator Methyl red
h.
Simmon Citrat Agar (SCA)
i.
Plate Count Agar (PCA)
j.
Pereaksi kovcs
k.
Pereaksi voges proskauer
l.
Larutan a naphtol
m.
Larutan KOH 40% 1
d.
Persiapan Contoh
1)
Diaduk contoh secara merata dengan
menggunakan spatula steril atau alat lain sebelum pengambilan contoh dilakukan.
2)
Dilakukan pengenceran 10-1
dengan mengambil 10 ml contoh dan diencerkan dengan 90 ml larutan pengencer Butterfiled’s phosphate buffered. Dihomogenkan dengan stomacher selama 2 menit.
3)
Dilakukan pengenceran selanjutnya
dengan menggunakan larutan Butterfiled’s
phosphate buffered.
4)
Contoh yang diuji mulai dari
pengenceran 100 contoh tanpa pengencer, untuk produk cair dan untuk
produk semi padat atau padat dimulai dari pengenceran 101, seperti pada Gambar 6.
Gambar
6. Cara pengenceran 3 seri
tabung
e.
Pengujian dengan menggunakan Angka Paling Mungkin (APM)
ü
Digunakan metode APM 3 seri tabung
untuk pengujian produk pangan selain air minum dalam kemasan.
ü
Tahap pengujian adalah sebagai
berikut :
1)
Uji pendugaan
Dilakukan menggunakan media LSTB, diinkubasi pada suhu 35°C
2)
Uji penegasan Escherichia coli
menggunakan media EC. Broth, diinkubasi
di waterbath pada suhu 45°C
3)
Uji morfologi
menggunakan media PCA
4)
Uji biokimia
Terdiri dari uji indol, Methyl
red, Voges Proskauer, sitrat dan uji
produksi gas laktosa.
f.
Interpretasi Hasil
Tabel 9. Interpretasi hasil uji IMVIC
Type
|
Indol
|
Methyl Red
|
Voges Proskauer
|
Citrate
|
Escherichia coli
|
|
|
|
|
Varitas I
|
+
|
+
|
-
|
-
|
Varitas II
|
-
|
+
|
-
|
-
|
g.
Pelaporan
Berdasarkan interpretasi hasil diatas nyatakan Escherichia coli dalam
APM/g dengan menggunakan Angka paling Memungkinkan (APM) dengan merujuk
pada Tabel 10. Apabila
menggunakan 3 tabung.
Tabel 10. APM Escherichia coli
Tabung Positif
|
APM/g
|
TK kepercayaan
|
Tabung positif
|
APM/g
|
TK kepercayaan
|
0.1
|
0.01
|
0.001
|
Bawah
|
Atas
|
0.1
|
0.01
|
0.001
|
Bawah
|
Atas
|
0
|
0
|
0
|
<3.0
|
--
|
9.5
|
2
|
2
|
0
|
21
|
4.5
|
42
|
0
|
0
|
1
|
3
|
0.15
|
9.6
|
2
|
2
|
1
|
28
|
8.7
|
94
|
0
|
1
|
0
|
3
|
0.15
|
11
|
2
|
2
|
2
|
35
|
8.7
|
94
|
0
|
1
|
1
|
6.1
|
1.2
|
18
|
2
|
3
|
0
|
29
|
8.7
|
94
|
0
|
2
|
0
|
6.2
|
1.2
|
18
|
2
|
3
|
1
|
36
|
8.7
|
94
|
0
|
3
|
0
|
9.4
|
3.6
|
38
|
3
|
0
|
0
|
23
|
4.6
|
94
|
1
|
0
|
0
|
3.6
|
0.17
|
18
|
3
|
0
|
1
|
38
|
8.7
|
110
|
1
|
0
|
1
|
7.2
|
1.3
|
18
|
3
|
0
|
2
|
64
|
17
|
180
|
1
|
0
|
2
|
11
|
3.6
|
38
|
3
|
1
|
0
|
43
|
9
|
180
|
1
|
1
|
0
|
7.4
|
1.3
|
20
|
3
|
1
|
1
|
75
|
17
|
200
|
1
|
1
|
1
|
11
|
3.6
|
38
|
3
|
1
|
2
|
120
|
37
|
420
|
1
|
2
|
0
|
11
|
3.6
|
42
|
3
|
1
|
3
|
160
|
40
|
420
|
1
|
2
|
1
|
15
|
4.5
|
42
|
3
|
2
|
0
|
93
|
18
|
420
|
1
|
3
|
0
|
16
|
4.5
|
42
|
3
|
2
|
1
|
150
|
37
|
420
|
2
|
0
|
0
|
9.2
|
1.4
|
38
|
3
|
2
|
2
|
210
|
40
|
430
|
2
|
0
|
1
|
14
|
3.6
|
42
|
3
|
2
|
3
|
290
|
90
|
1,000
|
2
|
0
|
2
|
20
|
4.5
|
42
|
3
|
3
|
0
|
240
|
42
|
1,000
|
2
|
1
|
0
|
15
|
3.7
|
42
|
3
|
3
|
1
|
460
|
90
|
2,000
|
2
|
1
|
1
|
20
|
4.5
|
42
|
3
|
3
|
2
|
1100
|
180
|
4,100
|
2
|
1
|
2
|
27
|
8.7
|
94
|
3
|
3
|
3
|
>1100
|
420
|
--
|
M.
Analisa Coliform
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap
air, makanan, susu dan produk-produk susu. Adanya Coliform didalam suatu makanan atau minuman menunjukan adanya
bakteri lain yang bersifat enteropatogenik dan/ toksigenik yang berbahaya bagi
kesehatan.
1.
Coliform fekal, misalnya Escherichia coli
2.
Coliform non fekal, misalnya Enterobacter aerogenes. Escherichia coli merupakan
bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia, sedangkan E.aerogenes biasanya ditemukan pada
hewan atau tanaman-tanaman yang sudah mati.
Untuk mengetahui jumlah Coliform didalam contoh biasanya
digunakan metode MPN (Most Probable
Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik dari
pada metode hitung cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi Coliform dalam jumlah yang rendah pada
suatu sampel. Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung Coliform yaitu Millipore
Membrane- Filter (MF) yang dapat mendeteksi dan menghitung Coliform dalam jumlah yang sangat kecil
dalam suatu sampel.
Uji kualitatif Coliform
secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. uji penduga
2. uji penguat
3. uji lengkap
uji penduga juga merupakan uji kuantitatif Coliform menggunakan metode MPN. Uji kualitatif Coliform tidak selalu di lakukan secara
lengkap, tergantung dari berbagai faktor misalnya waktu, mutu contoh yang di
uji, biaya, tujuan analisa, dan faktor–faktor lainya.
Cara kerja
a.
Metode rujukan
1)
Bakteriological Analitical Manual Online September
2002. Chapter 4. Enumeration of Escherichia coli and the coliform Bacteria. Food and
Administration.
2)
SNI 01-2332.1-2006. Cara Uji
Mikroba –Bagian 1 : penentuan koliform dan escherichia
Coli pada produk perikanan. Badan standarisasi.
b.
Peralatn
1)
penangas air bertutup dengan
sirkulasi 45 ± 0,5ºC
2)
Inkubator 35 ± 1 ºC
3)
Timbangan
4)
Stomacher
5)
Pipet 10 ml
6)
Peralatan steril penanganan sampel
(gunting, pinset, kantung plastik,dll)
7)
Botol pengencer
8)
Tabung durham
9)
Cawan petri
10) Tabung reaksi bertutup ulir ukuran 16 x 150 mm dan 13 x 100 mm
11) Mikroskop
12) Gelas objek
13) Tabung pengencer
14) Jarum ose
15) Pembakar bunsen
16) Magnrtik stirer
17) Pengocok tabung (vortex)
18)
Otoklaf
19) Lemari steril (laminar flow)
20) Waterbath
21) Refrigerator
c.
Media dan pengencer
1)
Lauryl Sulphate Tryptose
Broth (LSTB)
2)
Brilian Green Lactose Bile Broth (BGLBB)
3)
Buttrfiled’s Phosphate Buffered (BPB)
d.
Persiapan Contoh
1)
Contoh diaduk secara merata dengan
menggunakan spatula steril atau alat lain sebelum pengambilan contoh dilakukan.
2)
Dilakukan pengenceran 10-1
dengan mengambil 50 ml contoh dan diencerkan dengan 450 ml larutan pengencer Buttrfiled’s Phosphate Buffered. Kemudian
homogenkan dengan menggunakan Stomacher selama
2 menit.
3)
Dilakukan pengenceran sesuai yang
dibutuhkan.
4)
Contoh yang di uji dimulai dari
pengenceran 100 (contoh tanpa pengenceran) untuk produk cair, dan 10-1
untuk produk semi padat dan padat.
e. Pengujian dengan Menggunakan
Metode Angka Paling Mungkin (APM)
Digunakan metode APM 3 seri tabung untuk pengujian produk pangan selain
air minum dalam kemasan. Tahap pengujianya adalah sebagai berikut :
1)
Uji pendugaan
Menggunakan
media Lauryl Sulphate Tryptose Broth (LSTB)
2) Uji penegasan
Menggunakan
media Brilian Green Lactose Bile Broth (BGLBB)
f.
Pelaporan
Berdasarkan interpretasi hasil diatas
dinyatakan Coliform dalam APG/g
dengan menggunakan Angka Paling Memungkinkan (APM ) dengan merujuk pada Tabel 10 untuk 3 seri
tabung.
N.
Analisa Clostridium butyricum
(anaerob)
Clostridium butyricum adalah anaerobik prokariota yang
membutuhkan ketiadaan mutlak oksigen untuk tumbuh. Clostridium butyricum
menghasilkan asam butirat yang merupakan
indikator adanya Saccharolytic Clostridia. Clostridium
butyricum adalah Endospora dan
dapat hidup dalam kondisi kasar. Ia mendapat energi melalui fermentasi
menggunakan granulose sebagai substrat.
Dalam analisa mikrobiologi Clostridium butyrikum digunakan sebagai parameter kadar
pengawet minuman dalam kemasan.
Cara kerja
1.
Periksa sampel, pastikan sampel dalam keadaan baik (tidak
sobek atau pecah).
2.
Bersihkan sampel dengan alkohol 70
%.
3.
Sampel disuntikan clostredium butyrikum 1ml.
4.
Encerkan sampel dengan mengambil
1ml sampel kedalam 9ml larutan pengencer vortek hingga tercampur merata
(pengenceran 10-1,10-2,10-3 dan seterusnya).
5.
Ambil 1ml suspensi dari setiap
pengenceran tersebut masukan dalam cawan petri steril.
6.
Tuangkan media Reincforced Clostridial Medium (RCM)
kedalam cawan petri tersebut, ratakan dengan cara mengoyang-goyangkan cawan
petri hingga media tercampur merata dengan sampel.
7.
Masukan cawan dalam camber dalam
posisi terbalik.
8.
Pasang katalis anoxomat yang telah
disterilisasi kering (di oven).
9.
Tutup camber dengan rapat
menggunakan pengunci, setelah semuanya selesai camber di anoxomat.
Cara menggunakan anoxomat
1.
Pasang kabel ke aliran listrik
2.
Tekan tombol ON
3.
Pasang selang anoxomat ke camber
4.
Buka penngungkit gas pada anoxomat
dengan cara memutar berlawanan dengan arah jarum jam dan buka pengunci selang.
5.
Pada layar anoxomat akan
muncul tampilan Gambar 7
Pilih anaerobic 0%
O2 , START
6.
Akan
muncul tampilan seperti pada Gambar 8
Mekanisme kerja anoxomat
ü Gas comen : tekanan gas yang digunakan minimal
1,69 Br apabila tekanan gas kurang dari 1,69 Br akan terdapat tanda silang (X),
apabila gas telah sesuai akan terdapat tanda (V) dan anoxomat akan mengevakuasi
O2 dalam camber dan di ganti
dengan gas Hidrogen (H2 10%), Carbondioksida(CO2 10%) dan
Nitrogen (N2 balanc).
ü
Setelah
evakuasi akan dilakukan pengontrolan sill, katalis dll apabila semua dalam
keadaan baik akan terdapat tanda (V) dan akan muncul tulisan “Ready” lalu tekan
“start”.
Gambar 3. Tampilan pertama dalam anoxomat
Gambar 4. Tampilan dalam anoxomat
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Sanitasi
Sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk
menjamin kondisi yang memenuhi
persyaratan kesehatan. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi, kondisi steril
perlu diterapkan, terutama pada tempat kerja (ruang kerja dan laminar) pengujian ini disebut analisa
densitas ruang dan laminar. Analisa ini biasanya menggunakan metode tuang namun
tak jarang yang menggunakan metode oles (Swab).
Pada analisa ini ruangan dan laminar masih dikatakan bagus apabila mikroba
yang tumbuh pada media PCA maksimal percawan 15 koloni per 15 menit. Analisa
densitas mikroba menggunakann media PCA karena pada media ini semua jenis
bakteri, kapang dan khamir akan tumbuh, karena udara yang terkontaminasi
memungkinkan mengandung berbagai mikroba termasuk kapang dan khamir.
B.
Kerja Aseptik
Dasar digunakan teknik aseptik adalah adanya
banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang
mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area
kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau
mengganggu hasil dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari
tangan analis, sarung tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan
yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik bertujuan meminimalisir material
yang digunakan terhadap agen pengontaminasi.
C.
Persiapan media dan sampel
Media yang sering digunakan adalah media
(tunggal) atau media (jamak). Media dibedakan atas tiga macam yaitu : (1) media
cair yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk menumbuhkan dan
membiakkan mikroba, fermentasi, dan uji-uji lainnya, misalnya Nutrient Broth, Glucose Broth, dan
lainsebagainya, (2) media padat ,misalnya Nutrient
Agar, Plate Count Agar,atau Potato Dextrose Agar, yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga membentuk koloni
yang dapat dilihat, dihitung atau diisolasi,dan (3) media setengah padat (semi
solid) yang mempunyai konsistensi diantara media cair dan media padat. Pada
saat pembuatan media peralatan yang digunakan harus dalam kondisi bersih agar
tidak memungkinkan media akan terkontaminasi setelah di otoklaf atau
disterilisasi.
Dalam analisa mikrobiologi dalam persiapan
sempel harus dilakukan dengan steril didekat nyala bunsen, selain perlakuan
yang steril peralatn yang digunakan juga harus dalam kondisi steril juga agar
sampel tidak terkontaminasi peralatan yang kotor. Selain itu analis harus
memakai perlengkapan praktikum bersih dan lengkap,seperti jas lab, hairnet,
masker,sarung tangan yang telah disemprot alkohol. Hal ini dimaksutkan agar
mikroba yang dianalisa murni dari sampel. Sampel yang akan dianalisa umumnya
ada 3 macam jenis yaitu sampel dalam keadaan beku, makanan pedat dan semi
padat, minuman atau makanan cair.
D.
Pengujian Angka Lempeng Total
Prinsip analisa angka lempeng total dalah
menumbuhkan bakteri mesofil aerob setelah contoh uji di tuang atau digores pada
media Plate Count Agar (PCA) dan
diinkubasikan pada suhu 35 ± 1°C selama 24-48 jam. Media PCA merupakan media
yang tidak selektif sehingga analisa ini dilakukan untuk mengisolasi mikroba
dalam contoh yang diuji. Mikroba yang tumbuh bisa bakteri, kapang khamir, dan
bakteri pembentuk spora. Dalam pengujian ini pada saat inkubasi cawan diletakan
pada kondisi terbalik karena pada suhu 35°C media akan menguap dan akan
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Dalam pengujian koloni yang dihitung antara
25-250 koloni.
E.
Pewarnaan Microba
Pewarnaan yang dilakukan di SEAFAST Center
ada 2 macam pewarnaan yaitu pewarnaan gram dan pewarnaan endospora. Pada saat
pewarnaan, pengambilan suspensi mikroba yang akan difiksasi sedikit saja dan
diratakan agar memudahkan dalam pewarnaan dan pengamatan
Proses pewarnaan gram dapat dilakukan
sebagai berikut: ambil air steril dengan menggunakan ose yang telah membara
(ambil sedikit saja), ambil suspensi mikroba oleskan pada Slides dan ratakan, fiksasi, pewarnaan dengan menggunakan kristal
violet 1menit, pencucian dengan air (dicuci pada air mengalir, posisi Slides miring dan dilakukan secara
hati-hati agar mikroba tidak terbawa air), pewarnaan dengan lugol selama 1
menit agar warna diserap microba secara sempurna, cuci dengan menggunakan
alkohol selama 10-20 detik untuk mnghilangkan zat warna yang tidak diserap oleh
dinding sel mikroba (pencucian dengan menggunakan alkohol tidak boleh terlalu
lama karena akan melunturkan zat warna yang telah diserap oleh dinding sel
mikroba, kemudian dilakukan pencucian dengan aquadest dan selanjutnya diwarnai
dengan menggunakan (Counterstain) yaitu safranin 10-20 detik diuci dengan
menggunakan aquadest kembali dan dikeringkan menggunakan tissue (kertas serap)
setelah itu diamati dengan menggunakan mikrockop dengan lensa objektif minyak imersi. Bakteri gram positif dan gram
negatif didasarkan pada struktur dinding sel. Sel-sel yang tidak dapat melepas
warna kristal violet yaitu biru ungu disebut bakteri gram positif, sedangkan
sel-sel yang dapat melepaskan kristal violet dan mengikat safranin sehingga bewarna
merah disebut bakteri gram negatif.
Sedangkan prinsip pewarnaan endospora adalah
untuk membedakan spora dari sel vegetatif. Ambil sedikit dari koloni goreskan
pada Slides, teteskan pewarna hijau
malasit green diteteskan diatas nyala flm tersebut dan biarkan selama 20 menit
tanpa pemanasan atau 5 menit daiatas penangas air. Hal ini dilakukan karena
spora pada umumnya akan sulit menyerap zat warna sehinga zat warna akan
terserap cukup lama dan sekali menyerap zat warna akan sulit melepaskan zat
warna tersebut. Setiap kali zat warna kering tetesi lagi. Kemudian dicuci
secara heti-hati dengan menggunakan aquadest selama 20-30 detik atau sampai
warna hijau tidak luntur. Slide ditetesi dengan menggunakan safranin (untuk
mewarnai sel) selama 30 detik, bilas dendan aquadest dan keringkan dengan tissu
atau kertas serap. Kelemahan disini adalah sedikit sel yang dapat diwarnai oleh
zat warna pembanding dimana sudah dijelaskan tadi apabila sel telah menyerap
suatu zat warna maka akan sukar menyerap zat warna lain. Kemudian objek diamati
dengan menggunakan mikroskop lensa objektif dengan minyak imersi bakteri
endospora akan bewarna hijau-hijau muda, sedangkan sel vegetatif bewarna merah-marah
muda. Diamati bentuk dan besar spora, letak spora didalam sel, pembengkakan sel
vegetatif atau spora mungkin akan dikeluarkan dari sel apabila kultur yang
diamati sudah terlalu tua.
F.
Pembuatan Kultur Kapang pada Glas Obyek (Slide Cultur)
Tujuan pembuatan kultur dengan gelas obyek
ini adalah untuk melihat pertumbuhan kapang yang masih hidup untuk di amati
menggunakan mikroskop. Cara yang digunakan yaitu sebuah cawan petri diberi alas
kertas saring sehingga alas bagian bawah cawan tertutup. Suatu batang glas
berbentuk U atau V diletakan didalamnya dan diatasnya diletakan glass obyek
berdampingan dengan glas penutup (gelas penutup diletakan dalam keadaan miring
agar mudah di ambil). Cawan tersebut disterilkan didalam otoklaf (sterilisasi
basah). Setelah dingin diatas gelas obyek ditetesi medium cair steril yaitu Potato DexTrose Agar / Malt Exstract Agar atau
Glucose Agar. Diratakan dengan loop
atau batang gelas steril sehingga membentuk lapisan tipis dengan luas tidak
melebihi gelas penutup dan biarkan membeku didalam cawan tertutup. Setelah
membeku, permukaan agar diinokulasi dengan sedikit spora kapang dengan
menggunakan ose, kemudian tutup dengan gelas penutup steril. Sebanyak 5-7 ml
gliserol 10% steril diteteskan di atas kertas filter untuk memberikan
kelembaban yang optimum selama pertumbuhan kapang, inkubasi dilakukan pada suhu
kamar selama 3-5 hari, kemudian struktur kapang diamati menggunakan mikroskop,
mula-mula dengan pembesaran rendah (100 kali) kemudian dengan pembesaran tinggi
(400 kali,high dry).
G.
Pemeliharaan Kultur (Di agar miring dan manik-manik)
Pengawetan dengan menggunakan agar miring
merupakan pengawetan kultur dengan jangka pendek yaitu setiap 3minggu sekali
harus dilakukan penyegaran kembali. Penyimpanan yang terlalu lama ditakutkan
akan merubah sifat pada mikroba atau kematian pada mikroba tersebut. Pengawetan
mengunakan agar miring dilakukan dengan cara mengores kultur ke media agar
miring dan di inkubasi, apabila mikroba yang digores telah tumbuh, disimpan
dalam Refrigerator, atau pada suhu
ruang tetapi dengan menambahkan mineral oil untuk menjaga kelembabanya.
Pengawetan dengan menggunakan manik-manik,
merupakan pengawetan jangka panjang. Pengawetan dengan cara ini, manik-manik
berfungsi untuk menjerat mikroba yang diawetkan. Manik-manik yang digunakan
bisa manggunakan manik-manik khusus atau
manik-manik biasa,tetapi lebih bagus menggunakan manik-manik khusus
karena didisain untuk menjerat mikroba.Pengawetan dengan menggunakan
manik-manik mempunyai keuntungan yaitu daya simpan kultur dapat mencapai satu
tahun. Sehingga dapat digunakan berkali-kali serta akan menghemat bahan, waktu
dan biaya. Dalam pengujian alat dan bahan harus dalam keadaan steril. Setelah
kuvet diisi dengan kultur murni maka perlu didiamkan selama 2-3 jam, ini
dilakukan untuk menjerat mikroba pada libang / sela-sela dari manik-manik atau
akan menempel pada dinding kuvet. Tambahkan ngliserol untuk menjaga kelembaban
mikroba saat penyimpanan.
H.
Analisa Kapang Kamir
Analisa kapang khamir umumnya menggunakan
media Potatto Dextrose Agar (PDA)
dengan penambahan Khlorapenikol 1% atau asam tartarat 10 % dengan inkubasi pada
suhu 30°C atau suhu kamar selama 5 hari. fungsi dari khlorapenikol dan asam
tartarat adalah sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dimana secara umum
bakteri tidak akan tumbuh atau tahan pada pH 4,5 (asam) sedangkan kapang dan khamir
akan tetap tumbuh. Sebenarnya dengan adanya antibiotik dan asam tartarat
pertumbuhan kapang dan khamir akan terhambat, kapang dan khamir akan tumbuh
kecil-kecil. Kapang umumnya lebih tahan dari pada khamir, karena kapang masih
dapat bertahan pada suhu dan kondisi ekstrim sedangkan khamir tidak. Perbedaan
pengunaan khlorapenikol dan asam tartarat adalah dengan penambahan asam
tartarat kapang dan khamir akan tumbuh subur dan bakteri tidak akan tumbuh
karena dengan penambahan asam tartarat media akan menjadi lebih selektif,
sedangkan dengan penambahan antibiotik khlorapenikol hanya akan menghambat
pertumbuhan bakteri sehingga ada kemungkinan bakteri masih dapat tumbuh
I.
Analisa Salmonella
Prinsip pertumbuhan Salmonela selektif dan
dilanjutkan dengan uji biokimia dan uji serologi. Sampel dilakukan analisa
selama 36 jam (maksimal) untuk sempel segar seperti jenis lauk (makanan)
dihitung dari waktu kedatangan, dan untuk sampel beku tidak boleh lebih dari 1
minggu. Pada saat pengujian sempel berada pada kondisi ruang maksimal 15 menit
setelah diencerkan. Dengan tujuan agar sampel tidak mengalami perubahan sifat
atau sampel terkontaminasi dengan lingkungan sekitar. Ada beberapa jenis Salmonela yang menyebabkan panyakit
yaitu salmonela triphimorin dan salmonela enteridish yang menyebabkan penyakit salmonelosis. Sumber
infeksi yang diserang oleh Salmonela
adalah jenis makanan hewani seperti sosisikan dan telur. Makanan tersebut
kerkontaminasi salmonella dari lalat, kecoa dan tikus. Salmonela dapat tumbuh pada media Lactose Broth (LB) dapat mencapai 10-5-10-7 koloni/ml.
Pada uji biokimia terdapat uji Urease, Indol, VP, Methyl red, Sitrat, LDB, KCN. Namun yang biasa dilakukan hanya uji
indol, VP, Methyl red, sitrat
(IMVIC), karena uji-uji tersebut sudah mewakili hasil.
J.
Analisa Staphylococus aureus
Pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus terjadi
pada pembenihan khusus setelah diinkubasi pada suhu 35°C selama 24-48 jam dan
dilanjutkan dengan uji koagulase dengan plasma kelinci. Pada analisa ini media
yang digunakan adalah Baird Parker Agar (BPA) yang ditambah dengan egg yolk tellurite emultion yang
berfungsi menumbuhkan bakteri ini dengan baik. BHIB, EDTA 0,1 %. Pada pengujian
ini dilakukan dengan metode sebar karena bakteri ini merupakan bakteri aerobik
(membutuhkan udara untuk tumbuh) sedangkan metode tuang digunakan untuk bakteri mikro aerobik (sedikit membutuhkan
udara). Pengujian dengan mengunakan metode ini harus disertai dengan kontrol
positif.
K.
Analisa Escherichia coli
Pada analisa Escherichia coli media yang diguanakan adalah Lauryl Sulphate Tryptose Broth (LSTB)
dan Escherichia
coli broth (ECB) ditandai dengan terbentuknya gas dalam tabung durham dan
ditandai dengan kekeruhan setelah di inkubasikan pada suhu 45°C selama 24-48
jam, selanjutnya merujuk kepada tabel APM, yang diikuti dengan uji morfologi
menggunakan media Plate Caunt Agar (PCA) dan uji biokimia yaitu diantaranya uji
indol, Methyl red, Voges Proskauer, Sitrat
dan uji produksi gas laktosa.
Pada pengujian Escherichia coli dapatjuga menggunakan metode MPN/ metode tuang.
Koloni yang diduga kurang dari 100 koloni biasanya pada pengenceran 10-1
menggunakan duplo stereght. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapat hasil yang valid. Analisa E. Coli pada makanan dan minuman berpengawet, kadang-kadang E. Coli
muncul pada pangkat yang lebih tinggi dikarenakan E. Coli akan tumbuh
karena pada pangkat yang lebih tinggi sedikit zat pengawet yang tersisa.
L.
Analisa coliform
Prinsip analisa pada coliform sama dengan enalisa escherichia
coli yaitu terbentuknya gas pada tabung durham dan kekeruhan saat
penggunaan media Lauryl Sulphate Tryptose
Broth (LSTB) dan media Brilian Green Bile Broth (BGBB).
Perbedaan analisa E. Coli dan Coliform yaitu ada pada media Brilian Green Bile Broth (BGBB). Pada
media BGBB E. Coli juga masih dapat
tumbuh karena E. Coli merupakan
golongan dari Coliform fekal. tetapi media ini tidak spesifik untuk E. Coli, media BGBB hanya selektif untuk
pertumbuhan Coliform
M.
Analisa Clostredium (anaerob)
Dalam analisa Clostridium
butyricum ini media yang digunakan adalah
Reincforced Clostridial Medium (RCM)
karena media ini selektif untuk analisa anaerobic. Analisa ini menggunakan alat
yang bernama anoxomat yaitu alat khusus
untuk analisa anaerobic. Bakteri Clostridium
butyricum ini didalam analisa mikrobiologi
umumnya digunakan untuk mengetahui kadar pengawet yang digunakan dalam minuman
kemasan (AMDK)
BAB V
KESIMPULAN
Pengujian mikrobiologi selama praktek
industri yang dilakukan di SEAFAST Center adalah pengujian tentang analisa Salmonella, Escherichia coli, staphylococus aureus,
Coliform, Clostridium butyrikum, pembuatan pewarnaan gram, pembuatan kultur
kapang pada gelas obyek, kultur mikroba dan cara isolasi. Analisa tersebut
adalah analisa yang umum dilakukan untuk makanan.
Dalam setiap analisa harus dilaksanakan sesuai
persyaratan GLP (Good Laboratorium
Practice) yaitu dengan memakai perlengkapan pelindung diri separti jas leb,
hairnet, masker, dan sarung tangan. Selain itu dalam analisa mikrobiologi harus
dilakukan secara aseptis dan steril agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Mikrobiologi Umum .Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB- Bogor.
Anonim.2010. Instruksi Kerja Analisa Mikrobiologi .SEAFAST
Center. IPB-Bogor
Fardiaz, srikandi. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisa Mikrobiologi Pangan.Lembaga
Sumberdaya Informasi IPB-Bogor.
Kusumaningrum, HD, CC Nurwitri, dkk.2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. LDITP.
IPB-Bogor.
Rachmawan obin. 2001. Modul
Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. direktorat
Menengah Kejuruan. Jakarta.
Rahayu, Winiati Pudji, Lilis Nuraida, dkk.2010. Penuntun Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan
dan Gizi. IPB-Bogor.
Lampiran 1. Komposisi
Larutan
1. larutan pengencer(bufer fosfat)
ü
Larutan stok
v
KH2PO4 34
g
v
Air destilata 500
g
v
pH diatur menjadi 1N
v
Diencerkan dengan air destilata
sampai 1000 ml
ü
Larutan pengencer
v
Larutan stok bufer fosfat 1,25 ml
v
Larutan stok MgSO4 5 ml
v
Air destilata sampai 1000 ml
ü
Larutan stok magnesium sulfat
v
Kristal MgSO4 . 7H2O 50 g
v
Air destilata 1000
ml
2. Gram pewarna
ü
Larutan kristal violet
v
Kristal violet 2
g
v
Etil alkohol 20
ml
v
Larutan diatas dicampur dengan
v
Amonium oksalat 0,8 g
v
Air destilata 80
ml
ü
Larutan iodium
v
Kristal iodium 1 g
v
Kalium iodida 2 g
v
Air destilata 300
ml
ü
Larutan safranin
v
Safranin O (2,5 % larutan alkohol) 10 ml
v
Air destilata 100
ml
3. larutan pereaksi , kovac
v
P-dimetilaminobenzenaldehida 5 ml
v
Amil alkohol 75
ml
v
HCL pekat 25 ml
4. Levowitz-weber,larutan
pewarna
v
Methylene blue khlorida 6 g
v
Etil alkohol 95% 52 ml
v
Tetrakhoretana 44 ml
Bahan-bahan tersebut dicampur dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu 7ºC
dan disaring dengan kertas saring whatman
no 42.
v
Tambahkan asam asetat glasial 4 ml
5. voges-proskuer, pereaksi
ü
larutan alfa-naftol
v
Alfa-naftol 5 g
v
Etil alkohol 95% 100 ml
ü
Larutan KOH
v
KOH 40 g
v
Air destilata 100
ml
ü Kreatin 0,2
ml
6. Tartarat 10%
v
Asam tartarat 10
ml
v
Air destilata sampai 100 ml
7. Natrium Hidroksida 4%
v
NaOH 4 g
v
Air destilata 100
ml
8. Malachite Green
v
Malachite green 5 g
v
Air destilata 100
ml
9. Methylene Blue
v
Methylene blue 0,3 g
v
Air destilata 100
ml
10. Natrium sitrat
v
Na-sitrat 2 g
v
Ait destilata 100
ml
11. Loeffer’s Methylene Blue
v
Methylene blue 90 % 0,3 g
v
Etil alkohol 95% 30 ml
v
Larutan diatas dicampur dengan KOH
encer (0,01 % b/v) 200 ml
Lampiran 2. Struktur
Organisasi SEAFAST Center
1.
|
Director
|
:
|
Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, MSc
|
2.
|
Executive Secretary
|
:
|
Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi
|
3.
|
Program Manager
|
:
|
Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc
|
4.
|
Coordinator of promotion and Public Relation
|
:
|
Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi
|
5.
|
Program Coordinator for Nutrition
Improvement
|
:
|
Dr. Ir. Siti Madanijah, MS
|
6.
|
Program Coordinator For Improving Quality
and Safety of Food
|
:
|
Dr. Ir. Ratih D Hariyadi, MSc
|
7.
|
Program Coordinator for Food Adequency (Food
Security)
|
:
|
Dr. Dahrul Syah
|
8.
|
Quality Manager
|
:
|
Dr. Eko Hari
Purnomo, STP., MSc
|
Lampiran 3. Foto Pengamatan Pengujian
Pengujian salmonella
LB (+)
HEA,XLDA,BSA (+) HEA,XLDA,BSA
(-)
TSIA
LIA LIA TSIA
+ +
- -
+
- +
-
Urease (-) Indol (-) VP (-) MR (+) Sitrat (+)
Uji Escherichia coli
LSTB
(+)
LSTB (-)
ECB (+) ECB
(-)
EMBA
(+) EMBA (-)
Indol (+)
Voges proskauer (-) Methyl red (+) Sitrat
(-)
Uji Coliform
LSTB
(-)
LSTB (+)
BGLB
(-)
BGLB(+)
Uji Sthapilococus aureus
PDA
(+)
Koagulase
Foto kapang
Penampakan Mikroba Di Mikroskop
Sthypilococus aureus Bacillus cereus
Basilus Escherichia coli
Khamir
Lacto Basillus
Sthriptococus
Clostridium butyrikum
Salmonella kapang
Anoxomat
KERJA ASEPTIK,PERSIAPAN MEDIUM DAN PERALATAN
persiapan media
Pupukan yang digunakan untuk menumbuhkan microba disebut media(tunggal) atau media(jamak).media dibedakan atas 3 macam yaitu:
media cair yang dapat digunakan berbagai macam tujuan misalnya untuk mengembangkan atau menbiakkan microba,fermentasi dan uji-uji lain,contoh media cair misalnya Nutrien Broth,Glucos Broth dan lain sebagainya.
media padat,misalnya Nutrien Agar,Potato Dextorse Agar,yang dapat untuk media menumbuhkan bakteri di cawan sehingga dapat dihitung koloninya.media setengah padat(semi solid) yang mempunyai konsistensi di antara cair dan medium padat.
komposisi medium
Untuk menstimulir pertumbuhan microba,media harus memiliki komponen-komponen yang di butuhkan microba seperti air,karbon,energi,nitrogen,mineral dan faktor pertumbuhan lain seperti vitamin dan asam amino.microba juga mempunya pH maksimum dan optimum untuk pertumbuhanya oleh karena itu dalam persiapan media perlu dilakukan pengaturn pH sehingga tercapai pH optimum untuk pertumbuhan microba yang diinginkan.
Pembuatan media dapat dilakukan dengan menimbang bahan kimia secara teliti,kemudian mencampurkanya/melarutkanya dalam air suling,mengatur pHnya,dan memasukan ke dalam tabung,dan mensterilkannya menggunakan otoklaf pada suhu dan waktu yang ditetapkan misalnya suhu 121 drajat (tekanan 151b) selama 15-20 menit
medium padat mengandung bahan pemadat seperti agar,gelatin,atau silika gel yang paling sering digunakan adalah agar yang marupakan bahan dari peganggng laut.media yang mengandung agar akan mencair dalam suhu 79-100 drajat,dan setelah sterilisasi media agar akan membeku dalam suhu 42 drajat,media yang disimpan dalam memadat ,misalnya dilemari es dapat dicairkan kembalidengan memanaskan wadah dengan pemanas.media yang akan di inokulasi dengan microba tentu sebelum memadat harus didinginkan terlebih dahulu disuhu ruangan sampai 47-50c.jika media terlalu panas,microba yang akan ditumbuhkan akan mati.
struktur kimia agar terdiri dari galaktan,yaitu polimer dari molekul-molekul galaktosa yang tidak dapat dipecah kebanyakan oleh microba konsenterasi yang digunakan biasanya 1,5% tetapi jika akan dilakukan goresan pada permukaan agar dapat digunakan konsentrasi 1,8-20%sehingga dapat agar yang lebih keras setelah memadat.media setengah padat mengandung agar yang jumlahnya sedikit dari pada media padat biasanya sekitar 0,5% dan sering digunakan uji pengerak microba (motilitas).didalam media agar tidak terdapat bahan makanan untuk microba ,melainkan hanya sebagai bahan pemadat
Bentuk dan jumlah media
jumlah media yang akan digunakan di dalam suatu percobaan harus diperhitungkan sedemikian rupa untuk meng hindari pembuatan media yang berlebihan karena mahal harganya.jumlah media yang digunakan dapat ditentukan berdasarkan bentuk meda yang di gunakan dan jumlah pekerjaan contoh sbb:
- Agar cawan :15-20ml/cawan petri
- Agar tegak :8-9ml/tabung reaksi
- Agar miring :6-7ml/tabung reaksi
- Media cair :9-10ml/tabung reaksi
- media cair berisi tabung durham:9ml/tabung reaksi
T virida,Aspergilus sp,niger,A flafous
- panaskan ose dalam pemanas bunsen sampai membara
- masukan ose dalam media yang akan ditumbuhi bakteri,dengan tujuan mendinginkan ose agar pada saat pengambilan bakteri,bakteri tidak mati kepanasan
- ambil bakteri dalam tabung reaksi
- masukan dalam media TSA dengan mengores secara zig-zag
- panaskan mulut tabung agar tidak terjadi kontaminasi,tutup segera
- setelag itu panaskan ose sampai membara,kemudian simpan di tempat enyimpanan.
MEMBUAT LARUTAN PENGENCER(KH2Po4)
Untuk membuat larutan pengencer 1liter menbutuhklan 1,25 ml KH2Po4,dengan cara memipet KH2Po4 secara aseptis didekat pemanas bunsen diusahakan agar ujung pipet selalu di dekat api,untuk memipet KH2Po4 sebanyak 1,25 ml dengan menggunakan micro pipet 4 digit putar hingga pada angka 625 pipet 2x ,masukan dalam gelas beker ukuran 1L,masukan aquades sebanyak 1L aduk hingga homogen.setelah itu masukan larutan pengencer tersebut kedalam tabung reaksi berulir menggunakan dispenset sebanyak 9 ml,step ahir sterilisasi manggunakan autoclave selama 15 menit.
membuat media plate count agar(TPC),potato dextrose agar(PDA),LSTB,braid parker agar base(BPA)
membuat media PCA
Media PCA mempunyai aturan pengunaan 23,5gram per 1liter
contoh: apa bila kita membutuhkan PCA 450ml dengan perhitungan
23,5/1000.450=10,575gram PCA
- setelah kita menimbang PCA dengan berat 10,575gram,masukan dalam erlenmeyer ditambah dengan aqudest aduk hingga homogen
- tutup menggunakan kapas yang telah dibentuk tutup erlenmeyer dan ditutup kembali menggunakan alamunium foil,setelah semuanya selesai secara rapi media di autoclaf untuk sterilisasi selama 15 menit.
membuat media PDA agar miring untuk penyegaran kapang kamir
Media PDA mempunyai aturan penggunaan 39 gram per 1liter
- timbang media yang akan di butuhkan,masukan dalam erlenmeyer ditambah dengan aquadest aduk hingga homogen.
- panaskan media diatas pemanas tanur hingga agar yang terdapat dalam media PDA larut sempurna.
- tuangkan dalam tabung reaksi sebanyak 7mili setiap tabungnya.
- masukan tabung-tabung tersebut dalam autoclafe untuk disterilisasi selama 15 menit.
menimbang media LSTB
- Media LSTB mempunyai aturan penggunaan 39 gram per 1 lier
menimbang media BPA untuk pertumbuhan kultur sthypilo cocus aureus
- Media ini mempunyai aturan penggunaan 63gram per 950mili
- Dalam pembuatan media ini ditambahkan egg yolk setelah dilakukan inkubasi
- pada perhitungan BPA ini agak sedikit berbeda degan media lain
- contoh: apabila kita membutuhkan media BPA 300mili perhitunganya sebagai berikut,36/1000.300=18,9 gram BPA. 950/1000.300=285mili aquadest
- masukan BPA dan aquadest dalam erlenmeyer aduk sampai homogen
- inkubasi selama 15 menit,setelah itu tambah dengan eggyolk 15 mili.